PT DI Tutup Tahun Ini dengan Ekspor Pesawat ke 10 Negara
PT Dirgantara Indonesia (Persero) baru saja menutup tahun 2016 dengan mengekspor pesawat terbang CN235-220M Multipurpose Aircraft (MPA) ke Senegal. Selain Senegal, pesawat jenis ini menjadi produk andalan untuk diekspor ke sembilan negara lainnya.
“Momen ini adalah bukti pengakuan dunia terhadap kualitas produk pesawat terbang buatan industri dalam negeri sekaligus menjadi kebangkitan industri kedirgantaraan Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangannya saat penyerahan kontrak pembelian pesawat terbang CN235-220M MPA oleh Angkatan Udara Republik Senegal dan ferry flight pesawat ini di pabrik PT Dirgantara Indonesia (PT DI), Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/12).
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan hingga saat ini pesawat terbang CN235 telah diproduksi sebanyak 62 unit untuk kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Sebanyak 35 unit diantaranya telah diekspor ke 10 negara, yakni Venezuela, Senegal, Burkina Faso, Uni Emirat Arab, Pakistan, Turki, Malaysia, Korea Selatan, Thailand dan Brunei Darussalam.
(Baca: Kemenperin Usulkan Pengembangan Pesawat Masuk Proyek Strategis)
Sedangkan di dalam negeri pesawat ini digunakan oleh Tentara Nasional Indonesi (TNI) Angkatan Udara (AU) dan TNI Angkatan Laut (AL), serta PT Merpati Nusantara Airlines (Persero). "Pesawat terbang CN235-220M MPA ini adalah bukti kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai teknologi tinggi,” ujarnya.
Menurut Airlangga, pertumbuhan angkutan udara di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 17 persen per tahun. Jauh dibandingkan rata-rata pertumbuhan angkutan penerbangan dunia yang hanya sekitar 5,5 persen. “Sebagai negara maritim, membuat peranan transportasi udara sangat vital sebagai bagian dari sistem transportasi nasional,” katanya.
Tingginya kebutuhan angkutan udara ini seharusnya dapat dimanfaatkan. Dia yakin industri penerbangan dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan angkutan udara dalam negeri dan membangun kemandirian teknologi industri pesawat terbang nasional.
(Baca: Hingga 2035, Pemerintah Fokus Kembangkan Industri Dirgantara)
Pemerintah berharap PT DI mengintegrasikan industri penerbangan, terutama industri komponen pesawat terbang nasional agar bisa tumbuh berkembang. Sehingga bisa memberikan dampak berganda pada perekonomian nasional, melalui penciptaan tenaga kerja, membangun rantai pasok angkutan udara nasional, dan peningkatan penerimaan negara.
“Serta mempercepat pembangunan infrastruktur kedirgantaraan Indonesia yang bersinergi dengan visi pemerintah membangun tol laut,” kata Airlangga.
Sebagai informasi, sebelumnya Senegal telah mengoperasikan satu unit CN235-220 yang digunakan untuk beragam kebutuhan, mulai dari angkutan VVIP (Very Very Important Person) hingga misi evakuasi medis. Pada akhir November lalu, PT DI juga berhasil menyelesaikan pembuatan pesawat CN235 pesanan Royal Thai Police (Thailand). Kabarnya, Presiden Republik Guinea Alpha Conde juga menyampaikan minatnya terhadap pesawat ini.
PT DI menyebutkan pesawat ini memang kerap digunakan untuk banyak misi dan berbagai kebutuhan, seperti pesawat angkut penerjun, evakuasi medis, pesawat sipil, maupun pesawat VIP dan VVIP. Pesawat berkapasitas 49 penumpang tersebut mampu lepas landas dengan jarak pendek dan kondisi landasan yang belum beraspal.
CN 235-220 juga memiliki ramp door (pintu rampa) besar, yang mampu memuat kargo atau kendaraan di dalamnya. Kemudian dilengkapi avionic atau sistem elektronik penerbangan terbaru dan modern. Pada pesawat ini juga terdapat Multihop Capability Fuel Tank, teknologi yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya. Harganya pun cukup kompetitif dengan biaya perawatan yang murah.