Harga Naik, Ekspor CPO Kembali Kena Bea Keluar
Komoditas ekspor utama Indonesia kembali dikenakan bea keluar. Kementerian Perdagangan RI menetapkan harga referensi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) untuk penetapan bea keluar periode bulan Januari 2017 sebesar US$ 788,26 per metrik ton.
Dengan demikian, harga referensi CPO kembali berada di atas ambang batas pengenaan bea keluar yakni US$ 750 per metrik ton. “Untuk itu, pemerintah mengenakan bea keluar untuk CPO sebesar US$ 3 per metrik ton untuk periode Januari 2017,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Dody Edward di Jakarta, Kamis (29/12).
(Baca juga: Harga Komoditas Naik, BI Optimistis Ekonomi 2016 Lebih Baik)
Selain bea keluar, para eksportir juga tetap harus membayar dana pungutan ekspor sawit (CPO Fund) sebesar US$ 50 per metrik ton CPO dan US$ 30 per metrik ton untuk produk turunannya.
Keputusan ini dilakukan setelah harga referensi naik sebesar US$ 38,79 atau 5,18 persen dari periode bulan Desember 2016 yaitu US$ 749,47 per metrik ton. Penetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 87/M-DAG/PER/12/2016 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.
10 Negara Pengekspor Minyak Sawit Dunia
Bea keluar CPO untuk bulan Januari 2017 tercantum pada Kolom 2 Lampiran I Huruf C Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140/PMK.010/2016 sebesar US$ 3 per metrik ton. Sebelumnya, pada Desember 2016 ekspor CPO bebas bea keluar karena harganya di bawah ambang US$ 750 per metrik ton.
Sepanjang tahun ini, ekspor CPO hanya dua kali dikenai bea keluar, yakni pada Mei dan Oktober. Sebelumnya, terakhir kali CPO dikenai pajak ekspor karena harganya di atas ambang pengenaan bea keluar adalah pada Oktober 2014.
(Baca juga: Oktober, Produksi dan Ekspor Sawit Melonjak)
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan menyatakan, sepanjang bulan ini harga sawit global bergerak di kisaran US$ 750-800 per metrik ton. Kenaikan harga dibanding bulan sebelumnya, menurut Fadhil, terjadi karena faktor musiman.
“Prospek kenaikan harga diperkirakan masih akan terjadi karena hari raya Natal dan Tahun Baru,” katanya.
(Baca juga: Natal dan Tahun Baru Bisa Kerek Ekonomi Kuartal IV Tembus 5 Persen)
Sementara itu, harga referensi biji kakao pada bulan Januari 2017 justru turun menjadi US$ 2.343,97 per metrik ton. Angka itu turun US$ 230,64 atau 8,96 persen dari level harga pada Desember 2016 yakni US$ 2.574,60 per metrik ton.
Penurunan harga referensi biji kakao disebabkan oleh menurunnya harga internasional. Namun, bea keluar biji kakao tidak berubah dibandingkan periode bulan sebelumnya, yaitu sebesar 5 persen.