Target Perikanan Budidaya Tak Tercapai, Pemerintah Salahkan Cuaca
Memasuki bulan Desember 2016, hasil produksi ikan budidaya tercatat sebanyak 15,8 juta ton, dengan nilai Rp 86 trilun. Angka ini lebih rendah dari sasaran produksi yang dicanangkan di awal tahun sebesar 19,46 juta ton.
“Jadi masih kurang 3,7 juta ton. Ini saya kira masih data sangat sementara, kita masih kunpulkan data dari daerah.” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di kantornya, Kamis, 29 Desember 2016.
Berkenaan dengan melesetnya target produksi tahun 2016 Slamet mengungkapkan faktor iklim ekstrim sebagai penyebab utama. Hujan yang terjadi hampir sepanjang tahun telah menyebabkan turunnya suhu air dan mengganggu pertumbuhan ikan.
(Baca juga: Kementerian Kelautan Dapat Hibah Rp 377 Miliar dari FAO)
Curah hujan tinggi juga menyebabkan air laut mengalami penurunan kadar garam dan keasaman (Ph) sehingga akan berpengaruh pada kualitas air laut. “fluktuasi ini berpengaruh sangat nyata terhadap reproduksi ikan.” Katanya.
Slamet mengatakan untuk menggenjot produksi, selama tahun 2016 pemerintah telah menyalurkan hingga 179 juta benih ikan dengan anggaran sebesar Rp 141 miliar. Tahun ini, anggaran tersebut ditambah hingga mencapai Rp 1,88 triliun. Sebanyak 71,5 persen di antaranya akan disalurkan langsung ke masyarakat.
Dengan dana sebesar itu, pemerintah menargetkan produksi budidaya perikanan mencapai 21,9 juta ton pada 2017. Angka itu naik 38,6 persen dari pencapaian tahun ini, yakni 15,8 juta ton.
(Baca juga: Susi Pudjiastuti: Jepang dan Rusia Incar Investasi Perikanan)
Tingginya target itu didasari peningkatan kualitas budidaya ikan oleh nelayan saat ini. “Dari segi pembudidayaan sebetulnya semakin baik,” kata Slamet.
Hanya saja, menurut Slamet, kondisi cuaca di tahun depan akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian target tersebut. “ Mudah-mudahan tahun 2017 ada perubahan iklim karena (rendahnya) produktivitas perikanan laut dan darat tahun ini sangat dipengaruhi faktor cuaca,” Katanya.
Sementara Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto menyatakan bahwa tahun depan ekonomi dunia masih terus mengalami kontraksi. Akibatnya, banyak investor yang mencoba menahan belanjanya, termasuk di sektor perikanan. “Karena itu, menjadi penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian serius kepada sektor ini, yang sudah mengalami kontraksi sejak beberapa waktu lalu,” katanya.
(Baca juga: Buat Satgas Baru, Susi Tangkal Penyelundupan Senjata dan Narkoba)