Enam Titik “Harta Karun” Kapal Terancam Jalur Tol Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mengawasi kegiatan pendalaman alur untuk trayek tol laut baru yang dicanangkan Kementerian Perhubungan. Pengawasan dilakukan sebab rute yang direncanakan akan melewati beberapa titik yang menyimpan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT).
“Kami akan mengawasi agar kegiatan pendalaman itu tidak merusak sumber daya laut yang ada,” kata Plt Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP Sjarief Widjaja di kantornya, Jumat (6/1/2016).
Kepala Sub Direktorat Produk dan Jasa Kelautan KKP, Halid Yusuf memperkirakan, ada sekitar 500 kilometer dari trayek tol laut baru yang akan melalui 3 sampai 6 titik yang menyimpan benda muatan kapal tenggelam. Titik-titik itu berada di sepanjang perairan Kepulauan Riau, Jakarta, dan Cirebon.
(Baca juga: Pemerintah Bangun 5 Pusat Logistik di Rute Tol Laut)
Sementara secara keseluruhan terdapat 463 titik yang menyimpan benda muatan kapal tenggelam di seluruh perairan nasional.
Ia mengatakan pada tahun 2017 ini KKP berencana melakukan 3 pengangkatan “harta karun” muatan kapal tenggelam. Menurutnya, estimasi biaya yang dibutuhkan untuk survei dan pengangkatan yang biasanya dilakukan oleh pihak swasta antara US$ 4,5 - US$ 6 juta.
Selain itu, KKP juga menaruh perhatian pada hasil kerukan pasir laut sisa pendalaman alur agar tidak diekspor. Halid menjelaskan, untuk pendalaman alur sepanjang 500 kilometer saja. Jika lebarnya 200 meter dan kedalamannya 10 meter, berpotensi menghasilkan 1 miliar kubik pasir laut.
(Baca juga: Target Pinjaman Pelabuhan Patimban Rp 22 Triliun Diteken Mei 2017)
Sementara, harga ekspor pasir laut pada 2000 sebesar US$ 7 per kubik, maka pasir tesebut berpotensi menghasilkan US$ 7 miliar. “Ini akan di kemanakan? Yang harus kita lakukan adalah jaga jangan sampai dijual secara ilegal ke luar negeri,” katanya.
Ia menambahkan, sebelum penjualan pasir laut dilarang pada 2002 melalui Keputusan Presiden nomor 33 tahun 2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut, mayoritas pasir laut Indonesia diekspor ke Singapura. Hasilnya, daratan negeri singa itu pun bertambah hingga 17 persen.
Sebelumnya, pada Januari 2016 lalu, Kementerian Perhubungan memutuskan untuk menambah tujuh trayek tol laut. Dari tujuh trayek tersebut, tiga merupakan trayek baru dan empat lainnya adalah satu lintasan trayek yang diperpendek karena dianggap terlalu panjang.
(Baca juga: Pelni Targetkan Laba 2017 Naik 60 persen)
Tiga trayek baru tersebut adalah trayek Tanjung Priok-Enggano-Mentawai-Pulau Nias-Sinabang sepanjang 2938,6 kilometer, trayek Tanjung Perak-Belang Belang-Sanggata-Pulau Sebatik-Tanjung Perak sepanjang 3202,6 kilometer, dan trayek Tanjung Perak-Kisar-Namrole-Kisar-Tanjung Perak sepanjang 3875,3 kilometer.
Sementara itu, empat trayek lainnya yang akan dipotong terdiri dari tiga trayek berpangkalan di Makassar dan satu trayek di Tanjung Perak. Sehingga, total trayek tol laut di Indonesia akan menjadi 13 trayek tol laut.