Utang Cina untuk Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Segera Cair
Kepastian pendanaan proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dari pinjaman Cina, semakin terang. PT Wijaya Karya Tbk (Wika) mengklaim proses pencairan pinjaman dari China Development Bank (CDB) sudah memasuki tahap akhir.
"Minggu depan ini sudah bicara facility agreement sama CDB. Jadi sudah akhir lah, Insya Allah segera (cair)," ujar Direktur Utama Wika, Bintang Perbowo, di Jakarta, Kamis (19/1).
Ia menjelaskan, pencairan pinjaman itu akan membuat konsorsium pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini segera memperoleh dana segar. Dana pinjaman ini akan dicairkan melalui sistem reimbursment. Jadi, dana yang telah dikeluarkan perusahaan yang tergabung dalam konsorsium KCIC ini akan segera diganti oleh pihak CDB. Dana itu kemudian akan digunakan untuk melanjutkan pembangunan proyek.
(Baca juga: Konsorsium Kereta Cepat Belum Penuhi Syarat Utang dari Cina)
Namun, Bintang belum memastikan jumlah dana yang telah dikeluarkan oleh perusahaannya dalam proyek ini. "Tidak tahu jumlahnya, pokoknya nanti dikembalikan dulu sama CDB. Sekarang masih pakai dana modal internal," ujar Bintang.
Sementara itu, proses pembebasan lahan untuk proyek ini masih di kisaran 83-85 persen. Bintang mengatakan, sekitar 23 kilometer sisanya akan segera dibebaskan. Saat ini konsorsium sudah melakukan negosiasi dan mencapai kesepakatan dengan 118 dari total 142 Kepala Keluarga yang terdampak proyek ini.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Wika, Suradi Wongso mengungkapkan penandatanganan kontrak konstruksi proyek kereta cepat senilai Rp 17 triliun belum dapat dilakukan. Padahal, penandatangan kontrak itu semula ditargetkan akhir Agustus tahun lalu.
(Baca juga: Utang dari Cina Belum Final, Proyek Kereta Cepat Terhambat)
Suradi menjelaskan, penyebabnya adalah belum adanya finalisasi pembiayaan (financial closing) antara China Development Bank (CDB) dengan PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). Sekadar informasi, KCIC adalah perusahaan patungan pembangun dan pengelola proyek kereta cepat yang beranggotakan perusahaan Cina dan konsorsium BUMN, termasuk Wika. Sedangkan CDB adalah pemberi pinjaman proyek kereta cepat tersebut.
"Belum jadi (konstruksi), kami masih tunggu financial closing," kata Suradi, akhir tahun lalu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, bank asal Cina belum mau mengucurkan pinjaman untuk membiayai proyek kereta cepat karena meminta persyaratan tambahan. Syarat itu adalah semua lahan untuk proyek tersebut sudah dibebaskan.