Bahas Laut Cina Selatan dengan Dubes AS, Luhut: Kita Tak Bisa Didikte

Anggita Rezki Amelia
26 Januari 2017, 20:48
Joko Widodo
Biro Pers Setpres
Presiden Joko Widodo saat menyaksikan latihan Armada Jaya XXXIV Tahun 2016 dari geladak isyarat kapal perang KRI Banjarmasin-592.

Amerika Serikat dan Indonesia menginginkan sengketa Laut Cina Selatan dapat selesai secara damai. Hal itu disampaikan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R.Donovan Jr saat bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Luhut Binsar Pandjaitan di kantor Kementerian Kemaritiman, Jakarta, Kamis (26/1).

Usai bertemu Luhut, Donovan mengatakan keinginan negaranya bekerja sama dengan Indonesia, khususnya di bidang maritim. Salah satu yang menjadi topik pembicaraan adalah kondisi Laut Cina Selatan yang hingga kini masih terus memanas akibat konflik. (Baca: Kenapa Laut Cina Selatan Diperebutkan?)

Menurut Donovan, kestabilan Laut Cina Selatan sangat penting untuk perekonomian global. Untuk itu perlu ada penyelesaian mengenai sengketa tersebut. “Kami ingin segala sengketa di sana selesai secara damai," katanya.

Sementara itu, menurut Luhut, dalam sengketa Laut Cina Selatan, Amerika memiliki kepentingan melindungi Indonesia sebagai mitra selama ini. Namun, Indonesia tidak akan mau dikendalikan oleh negara lain. “Kami tidak bisa didikte negara mana pun, termasuk Cina dan Amerika," kata dia. (Baca: Redam Ketegangan Laut Cina Selatan, AS Tempuh Diplomasi Senyap)

Selain membahas masalah Laut Cina Selatan, Donovan juga menyampaikan keinginan negaranya berinvestasi di Indonesia. Amerika melirik investasi di sektor penerbangan dan pembangkit listrik.

Luhut pun menyambut baik tawaran kerjasama tersebut. Sebab, Indonesia termasuk negara ASEAN yang kuat dan memiliki kondisi perekonomian yang baik, sehingga Amerika dapat meningkatkan investasi di Indonesia. (Baca: Jokowi Dorong Kemitraan ASEAN-Cina Damaikan Laut Cina Selatan)

Di sisi lain, Luhut membantah pertemuan itu juga membahas masalah PT Freeport Indonesia. Padahal, sejak 12 Januari lalu, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu belum bisa mengekspor mineralnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...