Sri Mulyani Harap Pulihnya Ekspor Tak Terganjal Amerika dan Cina
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap momentum bangkitnya ekspor Indonesia tidak terganjal kondisi global. DInamika global yang dimaksudnya adalah kondisi politik Amerika Serikat serta Eropa. Selain itu, Cina juga dinilai masih mengalami perlambatan ekonomi.
Ditemui usai rapat terbatas di kantor Kepresidenan, Sri mengatakan hal yang paling positif dari pertumbuhan ekonomi kuartal IV adalah membaiknya ekspor dan impor. Untuk diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekspor tumbuh positif sebesar 4,24 persen dari kuartal IV 2015 hingga kuartal yang sama tahun kemarin.
Oleh sebab itu, Sri berharap momentum positifnya impor ini tidak terganjal kondisi negara lain. "Kita harap momentum ini tidak terganggu hal-hal itu," kata Sri Mulyani, Senin (6/2).
(Baca juga: Sempat Terpuruk, Bisnis Tambang Mulai Bangkit di Akhir 2016)
Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen juga disebut Sri sesuai dengan prediksinya. Hal ini mencerminkan momentum pertumbuhan tetap terjaga di tengah beberapa halangan terutama pemotongan anggaran pemerintah tahun lalu. "Itu karena penerimaan (negara) tidak tercukupi," katanya.
Adapun pada tahun ini, selain ekspor impor, pemerintah juga akan menjaga inflasi serta investasi dalam menopang target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen. Kepercayaan konsumen ini yang disebutnya paling penting untuk dijaga. "Konsumsi kan tumbuh di atas 5 persen tahun lalu, maka akan terus dijaga," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2016 secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 4,94 persen. Realisasi ini menurun 1,77 persen dibanding kuartal sebelumnya. Alhasil, sepanjang 2016, ekonomi tumbuh 5,02 persen atau di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 yang sebesar 5,2 persen.
(Baca juga: Darmin: Pertumbuhan Ekonomi Meleset Akibat Pemotongan Anggaran)
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2016 karena belanja pemerintah yang lebih kecil dibanding kuartal yang sama 2015. Realisasi belanja pemerintah sebesar Rp 549 triliun atau 26,36 persen dari pagu, lebih rendah secara prosentase dibandingkan kuartal IV-2015.
Sementara itu, ekspor pada kuartal IV-2016 tumbuh 4,24 persen berkat kenaikan harga komoditas. Sementara itu, impor tumbuh 2,82 persen, juga lebih baik dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 3,9 persen.