Pertamina EP Siapkan Rp 10 Triliun Cari Tambahan Cadangan Migas
PT Pertamina EP menaikkan anggaran belanja modalnya tahun ini hingga 31,8 persen menjadi US$ 778 juta atau sekitar Rp 10,37 triliun. Peningkatan anggaran ini difokuskan untuk mencari tambahan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di beberapa wilayah kerjanya.
Pelaksana tugas harian Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan tahun ini perusahaannya menargetkan bisa menambah cadangan migas terbukti (P1) sebesar 78,19 juta barel setara minyak (mmboe). Target ini meningkat 31 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 59,58 mmboe.
Selain cadangan P1, Pertamina EP juga mengejar target tambahan cadangan migas dari sumber daya kontingen (2C) sebesar 321 mmboe tahun ini. Targetnya hampir tiga kali lipat dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya mencapai 111 mmboe. (Baca: Pertamina Optimistis Tingkatkan Produksi Blok Migas di Iran)
Untuk mengejar target tersebut, Pertamina EP akan mengebor 13 sumur eksplorasi. Tahun lalu perusahaan hanya mampu mengebor enam sumur. Upaya lainnya adalah pengeboran 48 sumur pengembangan.
Sementara kegiatan survei seismik tahun ini memang sedikit turun dibandingkan tahun lalu. Tahun ini survei seismik 2D ditarget sepanjang 621 kilometer (km) lebih rendah dari realisasi tahun lalu sepanjang 953 km. Sedangkan survei 3D tahun ini ditargetkan sepanjang 883 km persegi, dibandingkan tahun lalu yang mencapai 1.008 km persegi.
Dari sisi produksi, Pertamina EP menargetkan ada sedikit peningkatan. Target produksi minyak tahun ini 83.865 barel per hari (bph) dan gas sebesar 1.024 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Tahun lalu realisasi produksi minyak mencapai 83.674 bph dan gas 989,0 mmscfd.
"Kami optimis pencapaian target 2017 lebih tinggi dari tahun lalu, " kata Nanang di Jakarta, Rabu (22/3).
Nanang mengatakan tahun lalu perusahaannya sulit meningkatkan produksi dan melakukan kegiatan pengeboran eksplorasi, karena harga minyak dunia masih rendah. Tahun ini perusahaannya memasang asumsi harga minyak yang US$ 50 per barel, lebih tinggi US$ 10 per barel dibandingkan tahun lalu.
Tahun ini Pertamina EP memiliki proyek yang sudah berproduksi, yakni Cikarang Tegal Pacing, pada awal Maret lalu. Dengan mengebor tiga sumur, proyek ini mampu menghasilkan gas sebesar 14 mmscfd. Adapun investasi yang dikeluarkan untuk proyek ini mencapai US$25,6 juta. (Baca: Pertamina Batal Mengebor 11 Sumur di Blok Mahakam Tahun Ini)
Sementara proyek lainnya seperti Paku Gajah di Sumatera ditargetkan mulai beroperasi bulan depan. Saat ini proses pembangunan fasilitas produksi proyek tersebut sudah 96,5 persen. Pertamina EP telah mengebor 10 sumur eksplorasi dan 17 sumur pengeboran ulang (work over) di proyek Paku Gajah, dengan biaya US$139,7 juta. Lapangan ini akan bisa memproduksi gas sebanyak 45 mmscfd, dan kondensat sebesar 1.100 bph.
Ada juga proyek Matindok di Sulawesi Tengah yang akan berproduksi pada April 2017. Saat ini pembangunan proyeknya sudah mencapai 99,1 persen. Proyek Matindok bisa menghasilkan gas sebanyak 55 mmscfd.
Selain itu, Pertamina EP telah mengebor 21 sumur work over di Lapangan Jirak, Sumatera Selatan. Proyek yang sudah menelan investasi US$ 3,9 juta ini diharapkan bisa berproduksi pada Desember 2018. Lapangan Jirak akan menghasilkan kondensat sebesar 421 bph.
Proyek yang tahap pengerjaannya baru 7,6 persen ini dibangun dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Dengan teknologi ini pengurasan sumur tahap lanjut dilakukan dengan menggunakan metode injeksi air atau water flooding. (Baca: Butuh Banyak Modal, Pertamina Kurangi Porsi Dividen)
Dengan adanya proyek-proyek yang akan beroperasi dalam waktu dekat itu, Nanang yakin dapat membukukan pendapatan lebih tinggi. Tahun ini Pertamina EP menargetkan pendapatan US$2,81 miliar, di atas realisasi tahun lalu sebesar US$ 2,49 miliar. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tahun ini juga dipatok naik menjadi US$ 1.51 miliar, dari tahun lalu yang hanya US$ 1,45 miliar.
Sebagai informasi, Saat ini Pertamina EP memiliki lima aset yang terdiri dari 21 lapangan migas, 4 proyek pengembangan, 7 unitisasi, 44 kemitraan, dengan area operasi seluas 113.614 km persegi. Adapun wilayah operasi Pertamina EP tersebar di 155 kabupaten di seluruh Indonesia.