BI Ramal Dana Asing di Saham dan Obligasi Tergerus Kenaikan Bunga Fed

Desy Setyowati
24 Maret 2017, 17:33
Dolar
Arief Kamaludin|KATADATA
Dolar

Bank Indonesia (BI) memprediksi investasi asing pada saham dan obligasi (portfolio) bakal menurun tahun ini. Penyebabnya, kenaikan lebih lanjut bunga dana bank sentral Amerika Serikat alias Fed Fund Rate. Pada pertengahan Maret lalu, Fed Fund Rate naik 0,25 persen, namun masih direspons positif pelaku pasar. 

Tahun lalu, BI mencatat aliran masuk dana asing (capital inflow) ke instrumen investasi portfolio berupa saham, obligasi korporasi dan obligasi pemerintah alias Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 126 triliun. Jumlah tersebut meningkat sekitar 2,5 kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 50 triliun. Namun, BI meramalkan, besaran dananya bakal menyusut pada 2017 ini.

"Kami proyeksi tahun ini, karena situasi Fed Rate akan naik. Kami proyeksi aliran dana masuk lebih kecil dari tahun lalu," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (24/3).

Meski begitu, ia mengakui bahwa persepsi investor terhadap perekonomian Indonesia masih tercatat baik sampai saat ini. Hal tersebut terbukti dari imbal hasil (yield) SBN yang turun meski Fed Fund Rate naik 0,25 persen pada pertengahan Maret lalu. (Baca juga: Fitch Berpeluang Besar Kerek Lagi Peringkat Kredit Indonesia)

Selain itu, penerbitan SBN oleh pemerintah juga seringkali mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe). (Baca juga: Surat Utang Indonesia Makin Seksi Pasca Bunga Fed Naik)

Sentimen positif juga tampak di bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak naik pasca kenaikan Fed Fund Rate. Bahkan, IHSG terus mencetak rekor baru sejak Jumat (17/3). Rekor tertinggi kembali dicetak dalam perdagangan Jumat (24/3) ini. IHSG berada di level 5.567.

Ke depan, Mirza melihat tetap peluang kenaikan Fed Fund Rate kembali direspons positif oleh pasar seperti sekarang ini. Asalkan, bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), mengkomunikasikan dengan baik rencana kenaikan tersebut.

Selain itu, pemerintah juga harus terus melanjutkan reformasi strukturalnya, sehingga investor tetap berminat untuk menempatkan dananya di berbagai instrumen investasi di dalam negeri. Bila kedua hal tersebut terlaksana, ia yakin ramalan BI soal penurunan investasi portfolio tidak terjadi.

Di sisi lain, Mirza menyakini investasi asing secara langsung (Foreign Direct Investment/FDI) masih akan positif. Alasannya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjalankan banyak langkah untuk menarik investor. (Baca juga: Kemenkeu Klaim Risiko Investasi di Dalam Negeri Membaik)

Setiap bulan, Presiden Joko Widodo juga rutin menyelenggarakan rapat terkait upaya untuk meningkatkan peringkat kemudahan bisnis (Ease of Doing Bussiness/EODB). Saat ini, Indonesia masih berada di peringkat 91 dunia.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...