Tiga Bulan Jadi Presiden AS, Trump Berubah Sikapi Enam Isu

Maria Yuniar Ardhiati
13 April 2017, 16:47
Donald Trump
ANTARA/Reuters/Lucas Jackson

Setelah tiga bulan menjabat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mulai mengubah pendiriannya terhadap sejumlah isu. Setidaknya ada enam sikapnya yang melenceng dari janji kampanyenya dulu. Perubahan paling dramatis terlihat pada sikapnya terhadap NATO, yang tak lagi dianggapnya “usang”.

Trump menyampaikan pandangannya ini dalam konferensi pers ketika mengunjungi Sekretaris Jenderal NATO Jenderal Jens Stoltenberg, beberapa waktu lalu. Selain itu, Trump juga tak lagi menganggap Tiongkok sebagai manipulator mata uang.

Bahkan, yang cukup mengejutkan, Trump untuk pertama kalinya menyebut hubungan Amerika Serikat-Rusia sedang berada di level terburuk gara-gara memanasnya konflik di Suriah. Padahal, sejak kampanye Trump terlihat 'intim' dengan negara musuh bebuyutan AS tersebut.

Berikut ini enam isu yang telah membuat Trump mengubah sikapnya, seperti dilansir The Straits Times, Rabu (12/4). (Baca: Perang Perdana Trump, Amerika Luncurkan 50 Rudal ke Suriah)

1. NATO 

Selama lebih dari setahun, Trump menyebut NATO sudah usang sebagai suatu aliansi militer, dan sangat memboroskan anggaran Amerika Serikat. Ia sempat meminta NATO diganti dengan organisasi alternatif yang fokus terhadap pemberantasan terorisme.

Pada 15 Januari lalu, dalam wawancara dengan Times dari London dan Bild dari Jerman, Trump masih menyebut NATO “usang” karena tidak mampu mengendalikan teror.

Meski begitu, dalam konferensi pers bersama dengan Stoltenberg pada Rabu lalu (12/4), Presiden AS ini menyatakan komentar yang pernah dilontarkannya ternyata telah membuat NATO berubah lebih baik. “Keluhan saya itu sudah lama, dan mereka sudah berubah, sekarang mereka memerangi terorisme,” katanya.

Belum jelas perubahan NATO yang dimaksud oleh Trump. NATO memang mengangkat seorang asisten sekretaris baru yang berfokus pada keamanan dan intelijen pada Juli 2016. Namun, sejumlah ahli menyatakan perubahan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap NATO, karena organisasi ini memang telah lama memiliki perhatian terhadap terorisme.

2. Tiongkok

Selama masa kampanyenya, Trump selalu menyebut Tiongkok sebagai manipulator mata uang. Bahkan, hal ini masih dilontarkannya pada hari pertamanya sebagai Presiden AS.

Namun pada hari ke-83 kepemimpinannya, kepada The Wall Street Journal Trump mengatakan, Cina tidak melakukan manipulasi terhadap mata uangnya. “Mereka bukan manipulator mata uang."

Suatu negara bisa memanipulasi mata uangnya untuk membuat ekspor semakin murah, serta memberikan keuntungan kepada pabrik-pabrik dan para pekerja. Saat suatu negara membeli mata uang asing dan menjual mata uangnya sendiri, maka nilai mata uang negara tersebut di pasar global akan anjlok. Akibatnya, biaya ekspor bisa ditekan.

Sejumlah ekonom memang mencurigai Tiongkok pernah melakukan manipulasi mata uang. Namun, praktik ini sekarang tidak dilakukan lagi. Presiden Barack Obama pun memiliki pandangan serupa. Meski begitu, Obama tidak pernah terang-terangan menyebut Tiongkok sebagai manipulator.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...