IHSG Loyo, Investor Menanti Peringkat Utang Indonesia dari S&P
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun lebih dari 1 persen dalam dua hari perdagangan, atau sejak Selasa (16/5) lalu. Para analis menduga, pelaku pasar menunggu rilis lembaga pemeringkat utang internasional, Standard and Poor’s Financial Services (S&P), mengenai peringkat utang Indonesia.
IHSG ditutup melemah 0,56 persen pada perdagangan Rabu (17/5) ke level 5.615. Pelemahan tersebut melanjutkan penurunan IHSG pada Selasa (16/5) yang sebesar 0,74 persen. Pada Rabu, mayoritas indeks sektoral terkoreksi. Koreksi paling besar dialami indeks sektor aneka industri dan properti yaitu sebesar 2,27 persen dan 1,21 persen. Sedangnya indeks yang menguat hanya sektor infrastruktur yaitu sebesar 0,27 persen.
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su mengatakan ada dua faktor yang menjegal laju penguatan IHSG. Pertama, kondisi politik yang kurang baik dan pesimisme pasar terkait keputusan S&P untuk peringkat utang Indonesia. “Kemungkinan tidak naiknya rating dari S&P,” kata dia kepada Katadata, Rabu (17/5). (Baca juga: Pasar Tertekan, Sri Mulyani Harap Vonis Ahok Tak Ganggu Investor)
Hingga kini, S&P masih mempertahankan peringkat utang Indonesia satu level di bawah layak investasi (investment grade). Padahal, dua lembaga pemeringkat internasional lainnya yaitu Moody's Investors Service dan Fitch Ratings sudah lama memberikan peringkat layak investasi. Peringkat tersebut penting sebab menunjukkan risiko gagal bayar (default) utang pemerintah atau perusahaan relatif rendah.
Sebelumnya, tim analis dari OSO Securities juga menyebut rilis S&P sebagai faktor yang turut mempengaruhi sikap pelaku pasar. “Pelaku pasar nampaknya masih wait and see atas keputusan S&P terhadap rating utang Indonesia yang semakin dekat,” demikian tertulis dalam kajian marketnya. (Baca juga: Bank Dunia Pesimistis S&P Naikkan Peringkat Utang Indonesia)
Meski begitu, Analis dari PT Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya optimistis, IHSG berpeluang menguat pada perdagangan ke depan. Penguatan ditunjang oleh arus dana masuk (capital inflow) ke pasar modal Indonesia seiring dengan kondisi perekonomian yang stabil.
“Secara fundamental perekonomian negara yang masih berada dalam kondisi stabil dan terkendali turut menjadi faktor daya tarik bagi investor untuk terus melakukan investasi ke dalam pasar modal Indonesia,” kata dia. (Baca juga:Surat Utang Diborong, Indonesia Banjir Dana Asing Rp 79,1 Triliun)
Mengacu pada data RTI, pada perdagangan Rabu (17/5), investor asing membukukan penjualan bersih (net foreign sell) sebesar Rp 175,9 miliar di pasar reguler dan Rp 205,35 miliar di keseluruhan pasar. Meski begitu, bila dilihat sejak awal tahun, investor asing masih membukukan pembelian bersih sebesar Rp 26,68 triliun di pasar reguler dan Rp 27,57 triliun di keseluruhan pasar.
Untuk perdagangan Kamis (18/5), William memprediksi IHSG bakal menguat dan bergerak di rentang 5.602-5.691. “Saat ini support level sedang diuji seiring dengan rentang konsolidasi yang sedang dilewati oleh IHSG, IHSG berpotensi menguat (pada Kamis),” kata dia.