IHSG Cetak Rekor Baru Berkat Peringkat Layak Investasi dari S&P
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi 5.791 pada perdagangan Jumat (19/5). Indeks melompat 2,59 persen dari perdagangan hari sebelumnya. Lompatan terjadi pasca lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) Global Ratings menaikkan peringkat utang luar negeri Indonesia ke level layak investasi (investment grade).
IHSG bergerak cenderung datar sejak pembukaan perdagangan, namun kemudian melesat jelang penutupan perdagangan. Sebelumnya, sebagian pelaku pasar dan analis memprediksi S&P tidak akan menaikkan peringkat utang Indonesia. Salah satu alasannya, kondisi politik yang memanas. Pesimisme pasar itu sempat disebut sebagai penyebab pelemahan IHSG pada perdagangan Selasa (16/5) dan Rabu (17/5 lalu. Ketika itu, IHSG melemah lebih dari satu persen dalam dua hari perdagangan.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, kenaikan peringkat dari S&P telah membentuk sentimen positif di pasar yang kemudian mendongkrak laju IHSG pada perdagangan Jumat ini. “Saya perkirakan, sentimen positif ini akan berdampak pada investasi portfolio Indonesia hingga sepekan ke depan,” kata dia kepada Katadata, Jumat (19/5). (Baca juga: IHSG Loyo, Investor Menanti Peringkat Utang Indonesia dari S&P)
Kepala Riset dan Strategis Bahana Sekuritas Harry Su juga melihat prospek positif di pasar saham dan obligasi ke depan. “Bagus, bond yield (imbal hasil obligasi) turun, banyak inflow (arus masuk dana asing),” kata dia. Mengacu pada data RTI, sejak awal tahun ini, investor asing telah membukukan pembelian bersih (net foreign buy) sebesar Rp 26,84 triliun di pasar reguler, dan Rp 27,86 triliun di keseluruhan pasar.
Harry memproyeksi IHSG berpeluang mencetak rekor demi rekor lagi ke depan. "Masih di 6.000 target indeks saya," kata dia.
Seiring penguatan IHSG, nilai tukar rupiah turut terapresiasi pada perdagangan Jumat ini. Mengacu pada data Bloomberg, rupiah menguat 0,23 persen menjadi Rp 13.325 per dolar Amerika Serikat (AS). Untuk perdagangan sepekan ke depan, Ariston memperkirakan, rupiah bakal bergerak di rentang Rp 13.200 – 13.300 per dolar AS.
Dalam siaran pers S&P, kenaikan peringkat didasarkan pada kemampuan Pemerintah Indonesia mengelola anggarannya, baik penerimaan maupun pengeluaran, secara efektif. Tahun lalu, anggaran negara aman berkat keberhasilan program pengampunan pajak (tax amnesty) dan pemangkasan belanja. (Baca juga: S&P Akhirnya Kerek Peringkat Utang Indonesia Jadi Layak Investasi)
Dengan terjaganya anggaran negara tersebut, S&P berharap pemerintah Indonesia bisa mengelola utang dengan lebih baik lagi. Adapun, kenaikan peringkat utang luar negeri Indonesia dari S&P menyusul kenaikan peringkat dari dua lembaga rating dunia lainnya. Dalam dua tahun terakhir ini, Moody’s Investors Service dan Fitch Ratings telah mengerek peringkat utang luar negeri Indonesia ke level layak investasi.