Surplus Neraca Pembayaran Stagnan, Terhambat Sektor Migas

Miftah Ardhian
19 Mei 2017, 15:14
Dolar
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) kembali surplus US$ 4,5 miliar pada kuartal I 2017. Namun, nilai surplusnya masih sama dengan kuartal IV tahun lalu. Stagnansi NPI tiga bulan pertama tahun masih tertahan kinerja sektor migas baik, dari sisi transaksi berjalan maupun dari transaksi modal dan finansial.

Deputi Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia Tutuk Cahyono menjelaskan surplus tersebut ditopang oleh total transaksi modal dan finansial. Sementara neraca transaksi berjalan masih defisit sebesar US$ 2,4 miliar, naik dibanding Kuartal IV tahun 2016 yang sebesar US$ 2,1 miliar.

Advertisement

"Di transkasi berjalan ada arus keluar lebih besar US$ 2,4 miliar. Ini disebabkan sektor minyak dan gas bumi (migas), karena Indonesia sekarang net importir," ujar Tutuk saat acara pelatihan media, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (18/5). (Baca: Neraca Dagang April Surplus US$ 1,24 Miliar, Terendah Sepanjang 2017)

Menurut data BI, defisit transaksi berjalan pada kuartal I 2017 ini sebesar US$ 2,4 miliar atau satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini lebih tinggi dibanding pada Kuartal IV 2016 yang hanya US$ 2,1 miliar. Tingginya defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh defisit perdagangan migas. Tercatat, neraca perdagangan migas mengalami defisir US$ 2,2 miliar akibat dari eekspor yang hanya sebesar US$ US$ 3,9 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 6,1 miliar.

Tutuk mengatakan defisit neraca migas ini meninngkat akibat harga minyak yang naik dan produksi siap jual (lifting) migas nasional yang rendah. Meskipun begitu, defisit transaksi berjalan tidak semakin besar akibat ekspor nonmigas yang meningkat dan defisit neraca jasa yang menurun, seiring menurunnya defisit jasa transportasi dan meningkatnya surplus jasa perjalanan.

Selain itu, tertahannya surplus NPI juga diakibatkan oleh penurunan surplus investasi langsung dan defisit investasi lainnya, terutama di sektor migas. Tutuk mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinnya arus dana ke luar (outflow) yang menjadi penyebab hal tersebut. Salah satunya adalah adanya pelepasan saham (divestasi) perusahaan yang tadinya dimiliki asing, menjadi milik Indonesia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement