Pasca Peringkat S&P, Ekonom Ramal Efek Berantai Banjir Dana Asing

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Martha Ruth Thertina
23 Mei 2017, 14:25
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Indonesia akhirnya mengantongi peringkat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat utama, yaitu Moody’s, Fitch Ratings, dan Standard and Poor’s (S&P). Para ekonom meramalkan, status tersebut bakal mendongkrak arus masuk dana asing, baik dalam bentuk investasi langsung (Foreign Direct Investment/FDI), maupun investasi portofolio di pasar modal.

Tim ekonom dari DBS meyakini, investasi langsung bakal naik signifikan dalam jangka menengah. “Sektor terkait infrastruktur dan industri manufaktur akan mendapat keuntungan dari kondisi ini,” begitu tertulis dalam kajian DBS Group, yang dilansir Senin (22/5) lalu. (Baca juga: S&P Akhirnya Kerek Peringkat Utang Indonesia Jadi Layak Investasi)

Peluang banjir investasi asing juga pernah disampaikan Goldman Sachs Group Inc. pada Maret lalu. Seperti dikutip Bloomberg, bank investasi asal Amerika Serikat tersebut menyatakan, investor institusi asal Jepang yang memiliki dana kelolaan hingga US$ 5 miliar akan siap masuk ke Indonesia.

Sebelumnya, aliran investasi dari sejumlah investor institusi Negeri Sakura terhambat lantaran mereka masih menunggu semua lembaga pemeringkat utama memberikan peringkat layak investasi untuk Indonesia. (Baca juga: BI Harap Peringkat Baru S&P Bisa Kerek Investasi ke Luar Jawa)

Bila ramalan tersebut terealisasi, maka pertumbuhan investasi langsung bisa terdongkrak. Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melansir, hingga kuartal I 2017 lalu, pertumbuhan investasi langsung asing alias penananaman modal asing (PMA) hanya naik tipis yaitu sebesar 0,94 persen menjadi Rp 97 triliun. Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang naik 36,4 persen menjadi Rp 68,8 triliun.

Tipisnya kenaikan investasi langsung juga tercermin dalam Neraca Modal dan Finansial. Bank Indonesia (BI) melansir, surplus investasi langsung menciut menjadi hanya US$ 2,5 miliar dari US$ 3,3 miliar pada kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, surplus investasi portofolio justru tercatat telah menanjak signifikan menjadi US$ 6,5 miliar pada kuartal I lalu, naik dari US$ 313 juta pada kuartal sebelumnya. (Baca juga: Saham dan Obligasi Sokong Neraca Pembayaran Surplus US$ 4,5 Miliar)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...