Gandeng Uni Emirat Arab, PLN Akan Studi Kelayakan Pembangkit Surya
PT PLN (Persero) menyatakan akan segera melakukan studi kelayakan (feasibility study) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bersama perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) Masdar. Perusahaan tersebut telah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi dalam pembangunan PLTS di wilayah Jawa Barat.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati mengatakan Masdar akan bekerja sama dengan anak usaha PLN yakni PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) untuk melakukan studi kelayakan pembangunan PLTS di Cirata, Jawa Barat. Studi dilakukan untuk menentukan besaran nilai investasi yang akan akan dikeluarkan dalam proyek ini.
"Jadi kami memang akan kerja sama untuk bisa bersama-sama melakukan feasibility study. Agar tidak terjadi keluarnya capital expenditure (belanja modal) yang tinggi untuk penyediaan lahan," ujar Nicke saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (23/5).
Masdar menjadi perusahaan pembangkit listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) yang akan menjual listriknya kepada PLN. Saat ini belum ada kesepakatan berapa harga listrik yang akan dibeli PLN dari PLTS yang dibangun Masdar. (Baca: Pemerintah Sulit Hasilkan Listrik Tenaga Surya Berharga Murah)
Menurut Nicke, tidak mudah untuk mencapai harga jual listrik yang sama murahnya dari PLTS yang ada di UEA. Tingkat kepanasan matahari, biaya lahan yang harus dibebaskan, serta suku bunga yang rendah, menjadi faktor murahnya harga jual listrik di UEA.
"Tapi kami juga sudah ada lokasi yang solar radiation-nya (radiasi matahari) tinggi. Jadi itu kami pilih," ujar Nicke. Rencananya PLTS ini akan dibangun terapung di atas waduk yang ada di kawasan Cirata. Adapun harga jual listriknya akan mengikuti Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2017.
Nicke menambahkan, alasannya membangun PLTS di Jawa Barat karena permintaan yang besar dan sudah terinterkoneksi. Dia juga memastikan, akan ada pembangunan PLTS di daerah lain, seperti di Sumatera dengan total 180 megawatt (MW) yang diklaim akan lebih cepat selesai dibanding PLTS Cirata ini. Total kapasitas tenaga surya yang bisa ditenderkan pun sebesar 423 MW.
(Baca: Mau Investasi Rp 67 Triliun, Uni Emirat Arab Minta Jaminan Pemerintah)
Proyek PLTS Cirata ini merupakan tindak lanjut dari komitmen UEA yang akan menambah investasinya di Indonesia hingga dua kali lipat, menjadi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 67 triliun. Salah satunya adalah investasi di bidang energi terbarukan yang PLTS yang akan dibangun oleh Masdar.
Presiden Jokowi dalam sambutannya mengatakan delegasi Uni Emirat Arab datang di waktu yang tepat, ketika Indonesia sedang merevolusi energi ke arah energi terbarukan. Di samping itu dia juga berharap dengan adanya gas serpih (shale gas) di Amerika Serikat, maka pasokan minyak dan gas bumi di Timur Tengah dapat dialihkan ke Asia seperti Indonesia.
"Tapi yang jelas revolusi energi terbarukan akan semakin dipahami saat ini," kata Jokowi. (Baca: Pertamina Bisa Beli Minyak dari Perusahaan UEA Tanpa Perantara)