Pertamina Pilih Perusahaan Tiongkok untuk Mengolah Minyak Irak
PT Pertamina (Persero) telah menyelesaikan proses seleksi mitra untuk mengolah minyak mentah asal Irak. Hasilnya, perusahaan yang terpilih adalah International United Petroleum & Chemicals Co. Ltd (Unipec). Perusahaan asal Tiongkok ini merupakan distributor dari Sinopec.
Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba mengatakan, ada beberapa alasan menyewa Unipec. Salah satunya, perusahaan itu memberikan penawaran yang paling bagus bagi Pertamina. (Baca: Pemenang Tender Pengolahan Minyak dari Irak Diputuskan Mei)
Unipec nantinya akan mengolah minyak mentah menggunakan kilang miliknya di Tiongkok. Kontraknya akan diteken akhir bulan ini. "Kami kerja sama dengan Unipec karena penawaran mereka yang paling menguntungkan dan bagus," kata Daniel di Jakarta, Rabu (24/5).
Melalui kerja sama ini, Pertamina akan menghemat impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Apalagi, Unipec memiliki banyak kilang di Tiongkok dengan kapasitas mencapai 4-5 juta barel per hari.
(Baca: Sejak Petral Bubar, Pertamina Hemat Impor Minyak Rp 6,9 Triliun)
Menurut Daniel, jika dibandingkan dengan kontrak tahun lalu dengan Shell maka kerja sama dengan Unipec lebih bagus. Bahkan, Unipec bersedia membayar ongkos transportasi BBM dari Tiongkok ke Indonesia sehingga lebih efisien. Adapun, hasil olahan dari kilang tersebut akan menghasilkan BBM jenis Premium.
Sedangkan minyak mentah untuk diolah di Kilang Unipec akan dikirim sebanyak satu juta barel per bulan selama masa kontrak Juli - Desember 2017. Jadi, total volume minyak yang dipasok sebanyak enam juta barel.
Sebagai informasi, Pertamina menggandeng mitra karena kilang yang dimilikinya belum bisa mengolah minyak jenis sour atau ringan asal Irak tersebut. Sumber minyaknya berasal dari Lapangan West Qurna 1, Basrah, di Irak. (Baca: Resmi Gandeng Shell, Pertamina Hemat 15 Persen Impor BBM)
Pertamina melalui anak usahanya, PT Pertamina Internasional Eskplorasi dan Produksi (PIEP), memiliki hak kelola 10 persen di lapangan migas Basrah itu. Sementara operatornya adalah ExxonMobil. Cadangan minyak di lapangan tersebut setara lima kali cadangan terambil di Indonesia atau sebesar 16 miliar barel minyak.