Bank Mandiri Batalkan Rencana Jual Obligasi Global US$ 1 Miliar

Asep Wijaya
29 Mei 2017, 14:01
Gedung Bank Mandiri
Arief Kamaludin|KATADATA

Bank Mandiri membatalkan rencana penerbitan surat utang global alias global bond berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) tahun ini. Padahal, sebelumnya bank beraset terbesar di Indonesia itu sempat mengkaji penerbitan obligasi senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya urung menerbitkan surat utang global dan memilih menerbitkan pinjaman bilateral. Alasannya, biaya pinjaman bilateral lebih murah dibanding surat utang. 

“Untuk yang dolar kami switch (ganti) bukan di global bond tapi kami lebih arahkan ke bilateral karena perbandingan cost  (biaya) kalau kami issue paper (terbitkan surat utang) dibandingkan dengan kami pinjam bilateral ternyata sampai sekarang masih lebih murah pinjam bilateral,” kata dia di sela-sela penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Direktorat Jenderal Bea Cukai dan Bank Mandiri, pekan lalu.

Meski begitu, bank pelat merah tersebut belum menentukan akan mengambil pinjaman bilateral dari institusi keuangan mana. “Tapi kalau angkanya mungkin 500 juta dollar Amerika tahun ini,” ucapnya. Rencananya, pinjaman bilateral tersebut akan digunakan bank guna memenuhi kebutuhan likuiditas untuk penyaluran kredit di semester II.

Di luar pinjaman bilateral, Bank Mandiri juga menerbitkan surat utang berdenominasi rupiah. Tujuannya, untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur. “Makanya dalam satu atau dua minggu ini, kami akan closing untuk bond yang rupiah atau obligasi berkelanjutan sekitar Rp 5-6 triliun,” ucapnya. (Baca juga: Bank Mandiri Ekspansi Kredit ke Sektor Infrastruktur Tahun Ini)

Di sisi lain, sokongan likuiditas dari simpanan nasabah tercatat membaik di kuartal I tahun ini. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 11,6 persen secara tahunan menjadi Rp 731,6 triliun. Pada periode sama tahun lalu, DPK hanya tumbuh 4,2 persen.

Namun, kredit tumbuh lebih tinggi dibanding DPK, yaitu sebesar 14,2 persen menjadi Rp 656,2 triliun. Secara khusus, penyaluran kredit ke sektor infrastruktur tumbuh pesat yakni sebesar 28 persen menjadi Rp 202,8 triliun. Tak ayal, bank memerlukan sokongan dari penerbitan surat utang ataupun pinjaman bilateral.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...