Jelang Lebaran, Stok Minyak Sawit Melorot di Bawah 1 Juta Ton
Hingga caturwulan pertama 2017, produksi minyak sawit Indonesia belum maksimal. Sementara, permintaan ekspor terus meningkat hingga mengakibatkan stok di dalam negeri terkikis.
“Pada April, stok minyak sawit Indonesia sudah di bawah 1 juta ton, ini untuk pertama kalinya tahun ini,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono, Jumat (2/6).
Gapki mencatat, pada April 2017 posisi stok minyak sawit Indonesia sejumlah 888 ribu ton. Angka itu menyusut dari 2,85 juta ton pada Januari 2017.
Selama empat bulan pertama 2017, produksi minyak sawit masih ada di kisaran 2,8 juta ton per bulan. Begitu pula konsumsi di dalam negeri masih stabil di kisaran 900 ribu ton per bulan.
(Baca juga: Kenaikan Harga Bahan Pangan Tingkatkan Daya Beli Petani)
Sementara, ekspor minyak sawit Indonesia selama empat bulan pertama tahun ini sudah mencapai 10,7 juta ton. Angka tersebut naik 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 8,7 juta ton.
Menurut Joko, peningkatan ekspor terkait tambahan kebutuhan akan minyak sawit di negara-negara muslim menjelang lebaran. Ekspor ke Bangladesh misalnya, naik 116 persen dari 57.800 ton pada Maret 2017 menjadi 124.950 ton pada April.
Kenaikan permintaan yang cukup tinggi juga datang dari India sebesar 56 persen dari 430.000 ton pada Maret 2017 menjadi 672.140 ton pada April 2017. Sementara ekspor ke Pakistan pada saat yang sama baik 18 persen dari 175.260 menjadi 207.210.
(Baca juga: Bahas Resolusi Sawit, Parlemen Uni Eropa Sambangi Kantor Darmin)
Dari sisi harga, sepanjang April 2017 harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) ada di kisaran US$ 655-717,5 per metrik ton. “Harga memang cenderung rendah karena ada panen besar kedelai yang juga merupakan sumber minyak nabati di Amerika Latin,” kata Joko.
Harga CPO bahkan tak membaik hingga pertengahan tahun ini. Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi produk CPO untuk periode Juni 2017 sebesar US$ 723,37 per metrik ton. Harga tersebut turun sebesar 1,18 persen dibandingkan Mei 2017.
“Saat ini, harga referensi CPO tetap berada pada level di bawah US$ 750. Untuk itu, pemerintah kembali tidak mengenakan bea keluar untuk periode Juni 2017,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan.
(Baca juga: Tersulut Belanja Ramadan dan Bansos, Ekonomi Kuartal II Diramal Naik)
Penetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 35 tahun 2017 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.