Pertamina Rugi Rp 9,2 Triliun Jual Premium dan Solar Sejak Awal 2017

Anggita Rezki Amelia
19 Juni 2017, 13:50
Spbu bbm
Katadata | Arief Kamaludin

Selama lima bulan pertama tahun ini, PT Pertamina (Persero) ditaksir menanggung kerugian sebesar Rp 9,2 triliun dari penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium penugasan dan Solar subsidi. Penyebabnya, harga jual saat ini lebih rendah dibandingkan harga keekonomian. Demi menekan potensi kerugian, harga jualnya perlu dinaikkan.

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan, hingga akhir kuartal pertama tahun ini, selisih harga keekonomian Solar subsidi sebesar Rp 1.150 per liter dari harga jual saat ini Rp 5.150 per liter. Selisih tersebut sudah memperhitungkan komponen subsidi sebesar Rp 500 per liter.

Advertisement

(Baca: Tertekan Beban Penjualan BBM, Laba Pertamina Anjlok 24,7%)

Adapun, volume konsumsi Solar bersubsidi dari awal tahun hingga Mei lalu mencapai 5,8 juta kiloliter. Jadi, dengan asumsi harga dan konsumsi tersebut, selisih harga jual yang harus ditanggung Pertamina dari penjualan BBM berkadar oktan 48 ini mencapai Rp 6,6 triliun.

Tidak hanya Solar, Pertamina juga harus menderita kerugian dari penjualan Premium. Volume penjualan Premium sejak awla tahun hingga Mei lalu berkisar 5,8 juta kiloliter. Namun, menurut Arief, harga keekonomian BBM berkadar oktan 88 ini sebesar Rp 450 per liter di atas harga jual saat ini.

Pemerintah menetapkan harga Rp 6.450 pe liter untuk Jawa, Madura dan Bali. Alhasil, beban yang harus ditanggung Pertamina dari penjualan Premium selama lima bulan pertama tahun ini mencapai Rp 2,6 triliun. Jika ditotal, potensi kerugian perusahaan pelat merah ini dari penjualan Solar subsidi dan Premium selama januari-Mei 2017 mencapai Rp 9,2 triliun.

Potensi kerugian itu bisa terus membengkak jika pemerintah tidak menaikkan harga BBM, sementara harga minyak dunia terus meningkat. Hingga Mei 2017, Harga Minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mencapai US$ 49,50 per barel, atau lebih tinggi dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 sebesar US$ 45 per barel.

(Baca: RAPBN 2018, Banggar DPR Minta Asumsi Harga Minyak Lebih Tinggi)

Padahal, tahun ini pemerintah menugaskan Pertamina untuk menyalurkan BBM jenis penugasan yakni Premium dengan volume sebesar 12,5 juta kiloliter (kl) dan Solar subsidi 15,7 juta kl. Jadi, jika kondisi ini terus berlanjut dengan asumsi selisih harga yang sama, maka potensi kerugiannya hingga akhir tahun bisa mencapai Rp 23,68 triliun.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement