Ekspor Membaik, ADB Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 5,9%
Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dari 5,7% menjadi 5,9% tahun ini. Daya dorong utama pertumbuhan ekonomi Asia yaitu ekspor yang meningkat seiring dengan membaiknya ekonomi negara maju.
"Asia yang sedang berkembang (emerging market) mengawali tahun ini dengan baik. Peningkatan ekspor mendorong prospek pertumbuhan," kata Ekonom Kepala ADB Yasuyuki Sawada dalam keterangan pers yang diterima Katadata, Kamis (20/7). Selain itu, pertumbuhan juga disokong kuatnya konsumsi domestik.
Yasuyuki memaparkan, Asia Timur kemungkinan bisa tumbuh 6% tahun ini atau meningkat dari proyeksi semula yang sebesar 5,8%. Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 6,7% pada 2017 dan 6,4% pada 2018. Pertumbuhan ekonomi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut disokong oleh ekspor dan konsumsi domestik.
Proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi Asia Tengah juga membaik dari semula 3,1% menjadi 3,2%. Hal itu juga seiring dengan menguatnya permintaan domestik dan ekspor dari kawasan ini.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara tetap sebesar 4,8% pada 2017. Permintaan domestik yang kuat — terutama pengeluaran rumah tangga dan investasi — akan terus menopang pertumbuhan, sebagaimana yang terjadi di Malaysia, Filipina, dan Singapura. Namun, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini kemungkinan bakal tertahan oleh ekonomi Brunei Darussalam yang di bawah ekspektasi. (Baca juga: BI Ramal Ekspor Membaik, Ekonomi Semester II Bisa Tumbuh 5,3%)
Pertumbuhan di Pasifik juga tak berubah yaitu sebesar 2,9% tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Papua Nugini— yang menjadi perekonomian terbesar di kawasan ini—menguat meski perlahan. Hal itu berkat membaiknya industri pertambangan dan pertanian. Selain itu, prospek pariwisata di Fiji dan Palau juga akan mendorong pertumbuhan lebih lanjut.
Adapun Asia Selatan masih menjadi kawasan yang ekonominya tumbuh paling cepat. Pertumbuhan ekonominya diproyeksi mampu mencapai 7% tahun ini. India yang menjadi perekonomian terbesar di kawasan ini diperkirakan bisa tumbuh 7,4%. Tingginya proyeksi ini ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang signifikan.
Meski sebagian besar daya dorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia adalah karena naiknya permintaan ekspor, namun Yasuyuki yakin inflasi di Asia dan Pasifik lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya. Dalam kajiannya, inflasi diproyeksi menurun dari 3% menjadi 2,6%. Begitu juga dengan proyeksi inflasi tahun depan, turun dari semula 3,2% menjadi 3%.
"Ini karena harga minyak dan pangan internasional masih stabil meskipun ada kenaikan permintaan. Penyebabnya karena pasokan cukup dan kondisi cuaca yang bersahabat," kata dia.
ADB juga mengoreksi positif pertumbuhan ekonomi kawasan Asia tahun 2018 dari 5,8% menjadi 5,9%. Kenaikan proyeksi ini lebih kecil dibanding perubahan pada 2017. Alasannya, karena masih ada ketidakpastian dari perkembangan ekspor sehingga kebijakan yang hati-hati masih akan berlanjut.
"Meskipun masih ada ketidakpastian mengenai seberapa kuatnya pemulihan ekonomi global, kami berpandangan bahwa perekonomian kawasan ini siap menghadapi kemungkinan jika proyeksi tersebut meleset," ujar Yasuyuki.