Gas Tiung Biru Bisa Jadi Alternatif Pasok Pembangkit Tambak Lorok
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) tengah mencoba menjadi gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru memasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTGU) Tambak Lorok di Semarang. Alasannya pembangkit berkapasitas 1.000 megawatt (MW) ini terancam kekurangan pasokan karena Lapangan Kepodang, Blok Muriah dalam kondisi kahar karena cadangannya tidak sesuai dengan perkiraan.
Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan Jambaran Tiung Biru bisa menjadi opsi menggantikan Lapangan Kepodang karena sumber gas tersebut melewati pipa Gresik-Semarang yang bisa diakses oleh pembangkit Tambak Lorok. "Bisa memakai gas dari Tiung Biru untuk antisipasi Kepodang," kata dia di Jakarta, Jumat (21/7).
Jika rencana tersebut terealisasi, maka gas Tiung Biru akan mulai memasok pembangkit Tambak Lorok pada 2021. Ini jadwal onstream lapangan tersebut. (Baca: Petronas Deklarasikan Kondisi Kahar di Lapangan Kepodang)
Selain itu, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman sebenarnya memiliki alternatif memasok pembangkit Tambak Lorok dengan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG). Alasannya hingga kini belum ada sumber gas di dekat Lapangan Kepodang yang ekonomis.
Kepala Divisi Pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas PLN Chairani Rachmatullah juga sepakat dengan opsi SKK Migas tersebut. "Justru PLN setuju kalau ada LNG, supaya operasinya bisa fleksibel," kata Chairani kepada Katadata, Jumat (21/7).
(Baca: Petronas Deklarasikan Kondisi Kahar, Pasokan ke PLN Diganti LNG)
Di sisi lain, menurut Chairani, PLN juga bersedia menjadikan gas dari proyek Jambaran-Tiung Biru ini sebagai pengganti Lapangan Kepodang asalkan harganya cocok. Saat ini PLN dan Pertamina memang tengah bernegosiasi mengenai jual beli gas dari Jambaran-Tiung Biru.
PLN berharap Pertamina bisa memberikan harga yang sesuai dengan PLN. "Kalau Pertamina bisa kasih harga yang sangat kompetitif, PLN bisa pertimbangkan jadi pengganti Kepodang," ujar Chairani.
(Baca: Tekan Biaya, SKK Migas Akan Periksa Proyek Jambaran Tiung Biru)
Saat ini perusahaan pelat merah ini juga harus bergerak cepat mencari pengganti Lapangan Kepodang. Alasannya lapangan yang dikelola tersebut akan habis sebelum 2020. Padahal kontrak dengan perusahaan asal Malaysia ini berlangsung selama 10 tahun dan berakhir pada 2024.