Darmin: Inflasi Rendah Bisa Dorong Pelonggaran Moneter

Desy Setyowati
14 Agustus 2017, 17:48
darmin
Arief Kamaludin|KATADATA

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan laju inflasi yang rendah sepanjang semester I tahun ini bisa membuka ruang pelonggaran moneter dengan penurunan suku bunga. Namun, hal ini bisa terjadi jika Bank Indonesia punya keberanian dalam melakukannya.

"Inflasi Indonesia relatif terjaga dan itu akan mendorong pelonggaran moneter. Bagaimana nanti ke depannya? Yaa itu tergantung BI, nyalinya bagaimana?" kata dia usai Seminar Nasional bertajuk 'Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?' di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (14/8). (Baca: Genjot Penyaluran Kredit, BI Buka Peluang Pelonggaran Moneter)

Advertisement

Meski begitu, dia juga mengingatkan adanya risiko yang harus dihadapi dari eksternal, salah satunya Amerika Serikat (AS). Bank sentral AS, the Fed, berencana menaikkan suku bunganya (Fed Rate) dan menurunkan neraca keuangannya, karena prediksi perekonomian AS membaik tahun ini.

Jika hal ini benar-benar direalisasikan, maka ada potensi dana asing keluar (capital outflow) dari Indonesia. Investor, akan lebih tertarik menaruh dananya ke AS, karena dianggap lebih aman.

Senada dengan Darmin, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan menilai ruang pelonggaran moneter itu memang ada saat ini. Pelonggaran dari sisi suku bunga acuan (BI 7Days Repo Rate) terbuka, mengingat tingkat inflasi yang rendah. 

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi per Juli sebesar 3,88 persen secara tahunan (yoy) dan 2,6 persen sejak awal tahun (year to date/ytd). "Kalau inflasi tiga persen, berarti ada ruang satu persen (dari BI 7Days Repo Rate saat ini 4,75 persen)," ujarnya.

Dia memandang ruang pelonggaran moneter tersebut, tidak hanya dilakukan dengan menurunkan suku bunga. Bisa saja dari sisi lainnya, misalnya batasan rasio kredit terhadap nilai agunan (loan to value/LTV) atau dengan memperkecil jarak antara masing-masing suku bunga operasi moneter.

Dia juga mengingatkan bahwa perbankan masih berhati-hati terhadap kredit yang berisiko gagal bayar (non performing loan/NPL). Ini menjadi penyebab bank menahan diri menyalurkan kredit ke industri yang masih tertekan. “Beberapa bank arahnya genjot kredit konsumsi," kata dia.

Secara umum Anton memandang pelonggaran moneter semestinya bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari sisi konsumsi rumah tangga, pelonggaran moneter diharapkan bisa meningkatkan kredit. Apalagi saat ini perbankan juga memang mendorong penyaluran kredit konsumsi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement