CSIS sebut Masalah Ekonomi sebagai Ujian Terbesar Jokowi di 2019

Yuliawati
Oleh Yuliawati - Dimas Jarot Bayu
12 September 2017, 17:18
Jokowi BEI
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan dialog dengan pelaku pasar modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (4/7).

Survei lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) terbaru menunjukkan tingkat tingkat kepuasan publik dan elektabilitas terhadap Jokowi mengalami kenaikan di bandingkan tahun sebelumnya. Meski tingkat kepuasan publik dan elektabilitas naik, Jokowi masih memiliki ganjalan di bidang ekonomi.

Kepuasan publik di bidang ekonomi yang mencapai 56,9% dianggap dapat menjadi batu sandungan dalam Pemilihan Presiden 2019. (Baca: Survei CSIS: Kepuasan Publik Pada Jokowi-JK Naik Terus Jadi 68,3%)

Advertisement

"Kepuasan kinerja di bidang ekonomi masih tertatih-tatih. Di tahun kedua juga begitu, itu memang ujian terbesar bagi pemerintah Jokowi," kata Peneliti Politik dan Hubungan Internasional CSIS Arya Fernandes di Jakarta, Selasa (11/9). 

 (Baca: CSIS: Elektabilitas Jokowi Teratas, AHY dan Gatot Merambat Naik)

Tingkat kepuasan publik di bidang ekonomi meningkat dibandingkan 2016 yang tercatat sebesar 46,8%, dan pada 2015 hanya sebesar 30%. "Kalau kinerja pada bidang itu jeblok atau berada pada angka dibawah 50% maka akan ganggu kinerja pemerintahan," kata Arya.

Dari hasil survei CSIS, masyarakat menyebutkan kesulitan utama yang dirasakan selama tiga tahun masa pemerintahan Jokowi-Kalla, terkait dengan persoalan ekonomi. 

Sebanyak 27,9% responden menganggap tingginya harga sembako sebagai kesulitan utama yang dialami masyarakat di masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Urutan kedua jawaban responden yang menyebabkan ketidakpuasan publik adalah persoalan keterbatasan lapangan pekerjaan (20%). Kesulitan selanjutnya mengenai tingginya angka kemiskinan (14,1%).

(Baca: Jokowi Keluhkan Koran Jarang Menulis Prestasi Pemerintah)

Arya membandingkan dengan masa ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hendak maju sebagai presiden kedua kalinya. Ketika itu, tingkat kepuasan di bidang ekonomi di atas 60%. "Itu menjadi hal penting yang seharusnya difokuskan pemerintah," kata Arya.

Arya mengatakan, sebenarnya Jokowi menyadari kelemahan di bidang ekonomi sehingga selama dua kali reshuffle atau pergantian pemerintah terkait dengan perubahan posisi menteri di bidang ekonomi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement