Operasi Pabrik Krakatau Nippon Steel Mundur Jadi April 2018
PT Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS), perusahaan patungan Nippon Steel and Sumitomo Metal Corporation dan PT Krakatau Steel Tbk (KS), akan meresmikan pabrik baja terutama untuk pasar otomotif pada April tahun depan. Rencana awal, pabrik akan beroperasi dan memulai aktivitas komersial pada September 2017.
"Jadi tadi melaporkan KNSS yang ada di Cilegon. Minta nanti waktu peresmian Pak Menteri menyediakan waktu. Tapi nanti (April) tahun depan peresmiannya," kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan usai bertemu perwakilan KNSS di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (20/9).
Mayoritas saham KNSS dimiliki oleh Nippon Steel sebanyak 80%, sementara Krakatau Steel memiliki 20% saham.
Putu menuturkan, pabrik KNSS telah selesai dibangun sesuai target. Namun, masih memerlukan waktu untuk commissioning atau proses pengujian pabrik. Tahap ini diperlukan untuk memastikan seluruh instalasi peralatan yang terpasang di pabrik KNSS berfungsi dengan baik.
"Pabrik ini harus ada commisioning, harus dijalanin dulu, betul enggak output seperti ini dan sebagainya," kata Putu.
Proses pembangunan pabrik baja KNSS berlangsung sejak pertengahan 2015. Pabrik memiliki kapasitas 480 ribu ton per tahun. Pabrik dengan nilai investasi US$ 200 juta rencananya akan berfokus di sektor hilir.
Rencananya, pabrik tersebut akan memproduksikan berbagai flat product bagi industri otomotif terutama untuk pintu mobil.
Selain itu, KNSS juga akan memproduksi cold rolled steel (CR), galvanizing steel (GI), galvannealing steel (GA). Berbagai produk tersebut dapat digunakan untuk industri elektronik atau produk terkait yang membutuhkan pelapisan baja.
(Baca: Krakatau Steel dan Posco Bangun Klaster Baja Senilai Rp 53 Triliun)
Saat ini, kata Putu, pabrik KNSS masih akan mengimpor bahan baku dari Jepang. Bahan baku tersebut belum bisa dipasok dari dalam negeri.
"Daripada dari Jepang langsung, diproses dulu di sini kan. Kan industri otomotif di sini kebanyakan dari Jepang," kata Putu.
Konsumsi baja nasional terus menunjukan peningkatan, namun impor berhasil ditekan dengan pembangunan pabrik baja. Pada 2016 lalu, produksi baja nasional 12,6 juta ton. Dengan kebutuhan nasional berkisar 15-16 juta ton tahun tersebut, impor baja mencapai 3-4 juta ton atau tinggal 20-2 persen dari kebutuhan.
Sementara itu, pada 2012, produksi baja di Indonesia diperkirakan 5 juta ton. Dengan kebutuhan sebanyak 9,4 juta ton, sehingga impornya 4,4 juta ton atau masih mencapai 42,5 persen dari total kebutuhan nasional.