BEI Dorong Perusahaan Sekuritas Gunakan Sistem Online

Miftah Ardhian
25 September 2017, 18:02
Bursa Efek Indonesia
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong perusahaan sekuritas yang menjadi Anggota Bursa (AB) untuk menggunakan sistem online dalam melakukan transaksi perdagangan. Hal ini penting dilakukan guna meningkatkan frekuensi transaksi dan mendongkrak kinerja perusahaan melalui perolehan laba.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Alpino Kianjaya menjelaskan, perusahaan efek atau sekuritas hendaknya melakukan inovsi dalam menjual produknya kepada investor. Salah satu yang menjadi sorotan adalah dengan menjalankan online trading.

"Bagaimana bisa handle jutaan nasabah, kan tidak mungkin selain dengan online trading," ujar Alpino saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (25/9).

Penerapan online trading bisa dilakukan secara mandiri atau dengan menggandeng perusahaan rintisan (startup) berbasis teknologi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, perusahaan sekuritas ini bisa menambah basis investor, meningkatkan frekuensi transaksi, sekaligus berpeluang meraup laba lebih besar.

"Lalu buat juga aplikasi di online trading mereka untuk memudahkan investor baru menentukan perusahaan mana yang layak diinvestasikan. Jadi, investor baru tidak perlu lagi mencari hardcopy laporan keuangan perusahan," ujarnya.

Saat ini, menurut Alpino, terdapat 108 anggota bursa, tetapi hanya 105 yang aktif melayani transaksi di pasar modal karena  ada 3 yang mengalami suspensi. Dari jumlah itu, sebanyak 72 perusahaan sudah melayani online trading, 16 belum menyediakan online trading. Sementara 20 sisanya memang fokus pada investor berbasis institusi bukan retail, sehingga hanya menyediakan online trading untuk investor tertentu.

Alpino mengatakan, sistem online trading terbukti berhasil menaikkan laba yang diterima perusahaan sekuritas anggota bursa dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, hanya sebanyak 62 perusahaan sekuritas yang mendapat laba bersih dengan total Rp 1,3 triliun dan 43 mengalami kerugian dengan total Rp 446 miliar.

Di tahun 2016, jumlah yang mendapat laba bersih meningkat menjadi 74 dengan perolehan Rp 2,19 triliun. Sementara, 31 perusahaan mengalami rugi dengan total Rp 318 miliar. Sedangkan, sampai Juni 2017, ada 76 perusahaan yang mendapat laba bersih dengan total Rp 1,22 triliun dan 25 mengalami kerugian dengan total hanya Rp 76 miliar.

"Ini kinerja yang cukup bagus baru sampai pertengahan tahun sudah hampir menyamai perolehan laba tahun 2015," ujar Alpino.

Reporter: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...