Mewaspadai Dampak Makin Panasnya Perang Dagang Amerika-Kanada

Muchamad Nafi
13 Juni 2018, 10:52
Donald Trump
REUTERS/Kevin Lamarque/ANTARA FOTO

“Perdana Menteri Justin Trudeau dari Kanada begitu lemah lembut dalam pertemuan negara G 7. Namun setelah saya pergi, dia mengatakan dalam sebuah konferensi pers, “Tarif Amerika agak menghina dan dia tidak ingin ditekan.”

Ini adalah cuitan Presiden Amerika Serikat Donad Trump pada Ahad kemarin. Tapi itu belum selesai.

Advertisement

“Sangat tidak jujur dan lemah,” demikian Trump melanjutkan twit-nya untuk menyerang Trudeu sebagaimana dirilis Reuters pada Selasa (12/6). Kecaman Trump ini dinilai sebagai upaya menghancurkan pertemuan puncak kelompok negara maju yang tergabung dalam G 7 di Kanada selama akhir pekan kemarin.

Tak sampai di situ, penasihat ekonomi Gedung Putih, Peter Navarro, ikut menyerang Perdana Menteri Kanada ini dengan mengungkapkan ada “tempat khusus di neraka” bagi Trudeau. Navarro pun menyarankan Kanada harus lebih banyak menghabiskan waktu di meja perundingan daripada melobi Capitol Hill.

Trump memang sedang memperluas zona perang dagang dengan sejumlah negara. Setelah menaikkan tarif bea masuk ratusan komoditas dari Cina pada awal Maret lalu, Amerika menerapkan kebijakan serupa kepada Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko pada awal bulan ini.

(Baca juga: Serangan Baru Perang Dagang Amerika yang Mengancam Ekonomi Dunia).

Menteri Perdagangan Amerika Wilbur Ross mengatakan ada dua komoditas yang terkena kenaikan tarif impor yaitu baja dan aluminium, masing-masing 25 dan 10 persen. Keputusan tersebut tentu cukup memukul Kanada. Apalagi negara itu merupakan pemasok baja terbesar ke Amerika.

Karena kebijakan baru tersebut, banyak perusahaan baja dan alumunium di Kanada mengeluh lantaran mitra dagang mereka di Amerika tak mau berbagi menanggung kenaikan tarif tersebut. Untuk mengurangi tekanan tersebut, Pemerintah Provinsi Quebec, Kanada, menawarkan pinjaman dan jaminan pinjaman sebesar US$ 77,1 juta atau sekitar Rp 1,08 triliun.

Menteri Ekonomi Kanada, Dominique Anglade, mengatakan program itu dirancang setelah perusahaan aluminium dan baja menerima umpan balik dari klien mereka yang tidak bersedia membayar lonjakan tarif masuk. Rupanya, efek langkah Trump terasa lebih cepat daripada ketika Amerika mengumumkan kenaikan tarif kayu lunak pada 2017.

“Nilai dampaknya sulit untuk dinilai,” ujar Anglade. Apalagi, industri-industri itu mempekerjakan sekitar 30 ribu pegawai di provinsi yang kebanyakan berbahasa Perancis tersebut. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement