2018 Jadi Musim Panen Influencer Media Sosial

Desy Setyowati
14 Juli 2018, 07:00
Facebook
Katadata

Perkembangan media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, hingga Youtube menjadi tambang emas bagi para influencer. Besarnya jumlah pengikut para selebritas jagat maya ini menjadi target pemasaran brand besar.

Kegilaan masyarakat terhadap media sosial memang membuat  banyak perusahaan mengubah strategi pemasaran. Jika dulu anggaran iklan banyak dibelanjakan melalui media konvensional seperti koran dan televisi, sekarang media sosial lah sasarannya.

Advertisement

Berdasarkan survei GetCraft terhadap 43 pemegang merek, 16% di antaranya berencana meningkatkan anggaran untuk iklan digital menjadi lebih dari 50% dari total belanja iklannya. GetCraft memperkirakan, 31% anggaran iklan para pemegang merek akan beralih ke iklan native.

Setidaknya, GetCraft memproyeksikan total belanja iklan native mencapai US$ 5-US$ 10 miliar selama lima tahun ke depan.

Iklan native adalah bentuk media berbayar yang secara inheren tidak mengganggu pengguna media sosial. Ini termasuk kicauan yang dipromosikan di Twitter, posting di Facebook, hingga rekomendasi aneka produk melalui Instagram.

"Kalau mereka (influencer) punya value, biasanya pemegang merek akan masuk," ujar Senior Vice President Creative GetCraft Syarief Hidayatullah kepada Katadata, di Jakarta, Kamis (12/7). GetCraft merupakan platform penyedia dan kurator konten brand, pemasaran, dan periklanan. 

(Baca juga: Bisnis Serba Digital (4): Bagaimana Strategi Monetasinya?)

Influencer yang baik biasanya mampu membuat konten tentang suatu produk dengan begitu baik hingga tampak seolah mereka benar-benar menggunakannya. Dengan begitu, para pengikut mereka tak menyadari bahwa apa yang mereka lihat sebenarnya adalah iklan.

Grafik: Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Media Sosial/Mesin Pencari dan Jurnalis (2012-2018)
Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Media Sosial/Mesin Pencari dan Jurnalis (2012-2018)

Sejalan dengan kajian tersebut, 90% dari 30 influencer yang disurvei optimistis pendapatannya meningkat dua kali lipat di 2018. Tak heran, sebab hasil riset menyebutkan pasar iklan influencer naik dari 14,4% di 2017 menjadi 36,6% pada tahun ini.

Sementara, pangsa pasar iklan publisher turun dari 85,6% menjadi 63,3%. "Itu artinya pasarnya beralih," kata Syarief.

Toh, ada juga kolaborasi antara publisher dan influencer seperti yang dilakukan Go-Jek ataupun Traveloka. Selain itu, publisher seperti Kompas, Kumparan, dan yang lainnya mulai masuk ke media sosial sebagai influencer.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement