Produktivitas Rendah, Target Swasembada Kedelai Diminta Dikaji Ulang

Image title
Oleh Ekarina
9 Januari 2019, 19:27
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar pengaruhi harga jual kedelai.
Antara Foto / Raisan Al Farisi
Seorang pekerja sedang melakukan proses pembuatan tempe. Tingginya nilai tukar dolar berpotensi menyebabkan harga kedelai sebagai bahan baku tempe naik.

Pemerintah diminta mengkaji ulang target swasembada kedelai dari yang semula dicanangkan bisa terealisasi pada 2020. Target tersebut menurut pengamat akan suliot tercapai karena produktivitas kedelai dalam negeri masih rendah, sehingga masih menggantungkan sebagian pasokan dari impor. 

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Arief Nugraha mengatakan kedelai Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebab, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai domestik hanya sebesar 982.598 ton. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia perlu melakukan impor sebanyak 2,6 juta ton. 

"Jumlah selisih produksi yang besar ini yang perlu dipertimbangkan karena dari jumlah tersebut dirasa masih terlalu jauh untuk melakukan swasembada. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kebutuhan pengrajin tempe dan tahu," kata Arief di Jakarta, Rabu (9/1).

(Baca: Konsumsi Tempe Turun, Impor Kedelai Menyusut)

Menurutnya, kedelai sulit tumbuh optimal di Indonesia yang beriklim tropis  karena kedelai merupakan tanaman subtropis.  Sebab, iklim merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kedelai. Selain itu, kedelai juga merupakan jenis tanaman yang membutuhkan kelembaban tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...