Produktivitas Jagung Indonesia Tertinggal dari Thailand dan Tiongkok
Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengungkapkan produktivitas jagung Indonesia masih tertinggal daripada negara produsen lain. Pemerintah diminta mendorong peningkatan produktivitas jagung nasional melalui beberapa program.
Data United States Department of Agriculture (USDA), menujukan dari 2008/2009 hingga 2017/2018, rata-rata produktivitas jagung di Indonesia hanya 2,81 ton per hektare.
Produktivitas itu lebih kecil daripada Thailand yang sebesar 4,28 ton per hektar, Brazil 4,85 ton per hektare, serta Tiongkok yang sebesar 5,76 ton per hektare.
(Baca: Kemendag Buka Izin Impor 440 Ribu Ton Jagung untuk Kebutuhan Industri)
Peneliti CIPS Assyfa Szami Ilman menyatakan cuaca menjadi salah satui faktor penentu produksi jagung. "Cuaca buruk bisa menyebabkan musim tanam tertunda sehingga pertumbuhan jagung tak optimal," kata Assyfa dalam keterangan resmi, Kamis (17/1).
Dia menyarankan pemerintah segera mengevaluasi program Upaya Khusus (UPSUS) sejak 2015 dengan menghentikan pemberian benih jagung hibrida untuk daerah-daerah yang sudah memiliki pasar jagung kuat. Sebab, daerah itu umumnya memiliki petani jagung yang lebih suka menggunakan benih jagung hibrida nonsubdisi karena kualitasnya lebih tinggi daripada benih UPSUS.