Optimalisasi Serapan, Bulog Diusulkan Serap Jagung Tanpa HPP
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menyebut penyerapan jagung oleh Perum Bulog bisa lebih optimal jika tanpa pemberlakuan harga pembelian pemerintah (HPP). Sebab, harga jagung di pasaran saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan HPP jagung yang dipatok pemerintah sebesar Rp3.150 per kilogram.
Adanya HPP, menurutnya akan menjadikan petani lebih memilih menjual hasil panen ke tengkulak. Sebab, harga jual yang ditawarkan tengkulak bisa lebih tinggi harga lebih tinggi dari HPP. Meskipun diakuinya petani juga tetap tidak akan untung karena hanya memiliki sedikit pilihan untuk menjual hasil panennya.
"Jika petani bisa memutuskan menjual hasil panennya ke tengkulak, dikhawatirkan akan mengganggu pasokan dan stabilitas harga jagung di pasaran," katanya, Selasa (29/1).
(Baca: Ungkap Alasan Impor Jagung, Darmin: Produksi Meleset dan Harga Tinggi)
Hal itu juga dikhawatirkan berpotensi menyebabkan target serapan jagung Bulog sebesar 250 ribu ton tidak tercapai karena HPP yang justru menghambat penyerapan jagung dari petani.
Untuk itu, Ilman menyarankan sebaiknya pemerintah tidak berfokus untuk mematok harga jual beli, melainkan bisa meninjau ulang ataupun mencabut skema HPP agar target serapan jagung bisa tepenuhi.
Selain itu, Bulog juga disarankan bisa menyediakan gudang sesuai standar untuk penyimpanan jagung ke dalam tiga level sebagaimana yang dilakukan untuk beras.