Reformasi Subsidi Kunci Memutus Ketergantungan Energi Fosil

Anggita Rezki Amelia
31 Januari 2019, 19:43
BBM Satu Harga Warga Lalan
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
ilustrasi.

Sudah waktunya Indonesia meninggalkan bahan bakar fosil dan beralih ke energi bersih. Untuk memutus ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil itu, salah satu kuncinya adalah reformasi anggaran subsidi.

Laporan International Institute for Sustainable Development (IISD) bertajuk “Beyond Fossil Fuels: Indonesia’s fiscal transition” yang dirilis Januari 2019 mengungkap sejumlah alasan Indonesia perlu memutus ketergantungan terhadap energi fosil. Salah satunya adalah mengenai terus menurunnya cadangan serta produksi dari minyak dan gas bumi (migas).

Advertisement

Jika, mengacu data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM); dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), cadangan minyak memang terus menurun sejak tahun 2010. Pada tahun 2010, cadangan minyak bisa mencapai 4,23 miliar barel dan kini hanya tersisa 3,15 miliar barel. 

Alasan lainnya yakni kontribusi energi fosil terhadap ekspor juga terus menurun. Dari data yang dihimpun, ekspor minyak pada 2011 bisa mencapai US$ 13,8 miliar, tapi tahun 2015 hanya US$ 6,5 miliar. Ekspor gas juga turun dari US$ 22,9 miliar pada 2011 jadi US$ 10,3 miliar di tahun 2015. Ekspor batu bara pun bernasib sama yakni turun menjadi US$ 15,9 miliar di tahun 2015, dari US$ 27,2 miliar pada 2011.

Indonesia juga perlu beralih dari energi fosil ke energi bersih agar target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% bisa tercapai tahun 2025. Apalagi, Indonesia juga memiliki kesepakatan Paris yang ikut berkontribusi dengan mengurangi emisi 29%. Sedangkan per tahun 2015, penggunaan energi terbarukan hanya tercapai 7%.

Energi fosil juga tidak bisa lagi menjadi andalan karena kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto terus menurun. Sebagai contoh, pendapatan pemerintah dari sektor hulu migas pada 2001 bisa mencapai 35%, tapi di 2016 hanya 6%.

Tak hanya itu, ketergantungan terhadap energi fosil juga bisa menguras subsidi. “Subsidi fosil kurang efisien, manfaatnya juga tidak tepat sasaran, dan mendorong pemborosan energi,” ujar Senior Policy Advisor and Lead of IISD’s Indonesia, Philip Gass di Jakarta, Kamis (31/1).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement