Inflasi Rendah, BI Rate Tetap Tinggi

Image title
Oleh
18 September 2014, 11:14

KATADATA ? Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 7,5 persen pada September ini diprotes sejumlah kalangan. Sebab, selain laju inflasi sudah menurun, pemangkasan suku bunga diperlukan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kini terus melambat.

Data historis suku bunga acuan menggambarkan hampir semua mantan Gubernur BI selalu menurunkan BI Rate ketika laju inflasi menurun. Penurunan BI Rate dilakukan agar inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil.

?Gubernur BI (Agus Martowardojo) tidak percaya diri untuk menurunkan suku bunga,? ujar ekonom Faisal Basri kepada Katadata beberapa waktu lalu.  Padahal, kata dia, laju inflasi sudah menurun. Bahkan sejumlah bank justru berani menurunkan suku bunga deposito pada awal September, seperti dilakukan oleh BCA an Bank Mandiri. 

Kalangan ekonom menilai sejak Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan terakhir kali pada November 2013, pertumbuhan ekonomi nasional terus merosot dari 5,7 persen pada Kuartal IV 2013 menjadi 5,1 persen pada Kuartal II 2014. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, bank sentral didesak menurunkan BI Rate yang sudah bertahan di level tinggi sejak 10 bulan silam.

Padahal, menurut mereka, langkah Bank Sentral Eropa menurunkan suku bunga menjadi sentimen positif untuk penurunan suku bunga acuan di Indonesia. Faktor domestik juga mendukung, seiring laju inlasi tahunan (YoY) pada Agustus lalu sudah di bawah 5 persen atau di bawah target APBN Perubahan 2014 sebesar 5,3 persen. Ini membuka ruang lebih besar bagi BI untuk menurunkan BI Rate. Namun, Gubernur BI Agus Martowardojo masih enggan menurunkan BI Rate. Alasannya, BI masih mengejar target inflasi sebesar 4,5 persen plus minus 1 persen pada 2014.

Reporter: Muhammad Kahfi
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami