Program Masif untuk Si Miskin

Image title
Oleh
17 Juni 2013, 00:00
559.jpg
Arief Kamaludin |KATADATA
KATADATA | Dok. KATADATA

KATADATA ? ANGKANYA memang menakjubkan. Selama tiga tahun berturut-turut jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Flores Timur terus turun. Dari 14 orang, menjadi 10, dan kemudian tinggal 6 orang.

Anjloknya angka kematian ini karena pendekatan sederhana. Dinas Kesehatan berusaha menghindari keterlambatan penanganan pasien akibat keluarga ragu bertindak, terlalu lama di perjalanan, atau tidak segera ditangani di layanan kesehatan.

"Kami ingin memastikan bahwa tidak ada ibu yang sendirian saat melahirkan," kata Joria Parmin, Koordinator Bidan di Dinas Kesehatan Flores Timur.

Caranya sederhana. Data ibu yang sedang hamil di seluruh Flores Timur dikirim lewat pesan pendek dan dimasukkan ke dalam komputer induk. Komputer itu mencatat perkiraan hari melahirkan. Mereka pun berkoordinasi dengan para pemimpin agama setempat.  

Dengan keberadaan data ini, ibu hamil dimungkinkan untuk segera dibawa ke Puskesmas atau bahkan rumah sakit jika kondisi saat melahirkan memburuk. Keberadaan data ini juga memungkinkan ambulan sudah bersiap di titik penjemputan saat dibutuhkan.

Kegiatan Joria Parmin merupakan salah satu proyek yang didanai PNPM Mandiri Perdesaan. Program yang digelar sejak 2007 ini, kini telah menjangkau lebih dari 60 ribu desa di lebih dari 5.000 kecamatan.

Berbeda dengan program bantuan peningkatan kesejahteraan lainnya, PNPM Perdesaan yang menyediakan dana Rp 900 juta hingga Rp 3 miliar per kecamatan ini didesain untuk dikelola atas inisiatif warga masyarakat sendiri. Itu sebabnya, dinamakan community driven development, sebuah program pembangunan yang berbasis pada komunitas.

Warga desa didorong untuk berembug sendiri menentukan proyek yang ingin didanai via program ini. Mereka harus bersaing dengan desa lain agar proposalnya disetujui. Pola ini pula yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Flores Timur dalam upaya mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan.

Setelah disetujui, pembangunan dan pengawasan dilakukan oleh warga sendiri. Pemerintah hanya menjadi fasilitator. Dengan pola ini, diharapkan warga desa tidak sekadar menjadi ?obyek pembangunan? tapi aktif merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan.

Visi pemberdayaan ini belum sepenuhnya berhasil. Tapi, setidaknya dalam 15 tahun perjalanannya, banyak hasil yang telah dicapai. Beragam proyek infrastruktur terbangun. Lebih dari 100 ribu kilometer jalan dibangun, selain pengadaan jembatan, sarana air bersih, sistem irigasi, sarana kesehatan dan pembangunan gedung sekolah.

Sejumlah data dan riset juga menunjukkan bahwa di desa-desa yang mengikuti program PNPM, angka kemiskinan berhasil diturunkan. Dalam kurun 2007-2012 tercatat, lebih dari 500 ribu rumah tangga berhasil keluar dari kemiskinan dan lebih dari 300 ribu orang mendapat pekerjaan.

Adanya berbagai proyek pembangunan dan perbaikan fasilitas dasar, membuat kesempatan rakyat miskin untuk mendapat pekerjaan di desa-desa pelaksana PNPM lebih tinggi. Ini membuat tingkat konsumsi per kapita keluarga miskin pun meningkat.

Berkat berbagai pencapaian ini, program ini tidak hanya dipandang sukses oleh Bank Dunia sebagai penyedia dana awal proyek masif ini, tapi juga ditiru dan diterapkan di banyak negara, mulai dari Nepal sampai Kolumbia.

Negara terbesar penggelar program ini adalah Indonesia dan Afganistan di urutan kedua. Di negeri yang terus dilanda perang itu, proyek pembangunan di bawah program serupa ternyata lebih awet. Taliban jarang menyerangnya karena satu alasan: warga merasa lebih memiliki dibanding proyek pemerintah lainnya.

* * *

Halaman:
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...