Potensi Indonesia di Tengah Ancaman Krisis

No image
Oleh
12 Oktober 2013, 23:00
No image
KATADATA | Donang Wahyu

KATADATA ? Negara-negara emerging market mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat dalam beberapa dekade terakhir. Namun, belakangan ini, pertumbuhan ekonomi di negara emerging market mulai melambat di tengah proses pemulihan negara maju.

Ledakan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara berkembang sebelumnya disebabkan oleh sejumlah alasan. Pertama, banyak negara emerging market melakukan reformasi di pasar keuangan sejak tahun 1990-an. Kedua, mereka melakukan pembenahan di sektor perdagangan dan investasi sehingga lebih terbuka. Ketiga, ekonomi China mengalami pertumbuhan double digit di kisaran 10-11 persen. Keempat, terjadi lonjakan harga komoditas. Kelima, negara maju melakukan pemangkasan suku bunga.

Namun pertumbuhan negara-negara emerging market saat ini mulai melambat. China misalnya, tidak akan lagi tumbuh hingga 10 persen, namun hanya berpotensi tumbuh 7 persen. China tidak akan terus tumbuh akibat terlalu banyak investasi dan menabung. Hal ini juga berpotensi menjadi problem struktural jika tak segera diperbaiki. Secara keseluruhan, negara-negara emerging market harus menghadapi sejumlah tantangan seperti berakhirnya lonjakan harga komoditas dan berhentinya stimulus Amerika (quantitative easing).

Sebaliknya, pemulihan di negara-negara maju justru terus berlangsung. Ekonomi Amerika Serikat misalnya, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan 2,5 persen pada tahun depan, kendati akan menghadapi dua risiko. Pertama, risiko fiskal akibat beban utang yang melampaui plafon dan terkait faktor politik. Kedua, isu penghentian pengucuran stimulus moneter atau quantitative easing.

Apalagi, ada kemungkinan The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, akan melakukan penghentian stimulus moneter pada Desember atau Januari nanti. Jika itu dilakukan, imbal hasil obligasi Amerika bisa meningkat hingga 3 persen. Ini akan mendorong dana keluar dari negara-negara emerging market. Sedangkan untuk pemulihan

zona euro masih berjalan lambat, yang diperkirakan tumbuh 1 persen.Akibat melambatnya pertumbuhan di negara emerging market, serta kebijakan di Amerika Serikat, potensi krisis bagi negara berkembang tentu ada. Namun, potensi itu tak akan muncul sebesar sebelumnya karena sudah memiliki landasan yang baik. Pertama, negara emerging market memiliki rezim mata uang fleksibel, berbeda dibanding tahun 1990-an. Kedua, sebagian besar negara emerging market mempunyai cadangan devisa dalam jumlah besar. Ketiga, memiliki utang valas yang berkurang. Keempat, rasio utang publik dan swasta tidak besar. Kelima, penerapan regulasi yang prudent terutama sistem keuangan.

Demikian halnya dengan Indonesia. Ekonomi negara ini dipandang lebih baik jika dibandingkan negara-negara lain yang dikenal dengan istilah Fragile Five, yakni lima negara dengan nilai tukar paling rawan terkena guncangan akibat pelarian modal. Kelima negara itu yaitu Brazil, India, Turki, Afrika Selatan dan Indonesia.

Halaman:
No image
Reporter: Redaksi
Editor: Arsip

    Catatan Redaksi:
    Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...