Ada Dua Raksasa Tidur Lahan Pertanian di Indonesia

Image title
Oleh Tim Redaksi
2 Agustus 2018, 09:58
Amran Sulaiman
Ilustrator: Betaria Sarulina

Pemerintah berusaha meningkatkan produksi sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang bertambah banyak. Selain itu, bertujuan menekan impor dan mewujudkan impian swasembada pangan di dalam negeri.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengklaim, selama 3,5 tahun masa jabatannya telah berhasil menekan impor, bahkan mengekspor beberapa produk pertanian, seperti jagung, bawang merah, dan padi.

Advertisement

“Capaian sektor pangan cukuop menggembiarakan,” katanya saat wawancara khusus dengan Tim Katadata.co.id di dalam mobil EV Shuttle yang melaju dari kantornya di Gedung Kementerian Pertanian, Ragunan, menuju lokasi rapatnya di Jakarta, 12 Juli lalu.

Meski begitu, Kementerian Pertanian masih punya pekerjaan rumah untuk menekan impor, seperti beras, dan membantu mengendalikan harga bahan pangan dengan menjaga pasokannya. Berikut petikan wawancaranya. Rekaman video lengkap wawancara ini dapat disimak di kanal Multimedia.

Selama 3,5 tahun menjabat, apa saja pencapaian penting kebijakan produksi pangan Kementerian Pertanian?

Selama periode Jokowi-JK yang kini masuk tahun ke-4, capaian sektor pangan cukup menggembirakan. Salah satu di antaranya jagung, yang dulu kita impor kurang lebih 3,6 juta ton atau nilainya kurang lebih Rp 10 triliun. Tapi, saat ini kita sudah ekspor. Tahun ini kita menargetkan minimal ekspor 500 ribu ton.

Kebijakan lain di sektor pertanian, khususnya jagung, yakni mengintegrasikan tanaman jagung dengan sawit atau jagung dengan tanaman tahunan lainnya seperti karet. Tujuannya agar petani betul-betul bisa untung dan produktif. Petani yang dulu hanya panen rumput di tengah sawit, sekarang sudah panen jagung. Jadi hasilnya ada dua.

Kedua adalah bawang merah. Bisa dibayangkan, dulu kita impor bawang merah dan harganya tidak stabil. Tapi, tahun ini kita bahkan sudah ekspor ke enam negara. Ini luar biasa dan harganya stabil.

Apalagi bahan utama pangan yang mengalami peningkatan produksi?

Ada telur ayam. Ini sejarah pertama, kita mengekspor ke negara Jepang. Kita ekspor juga ke Malaysia, Papua Nugini, dan beberapa negara lain. Tapi Jepang yang pertama.

Kita juga sekarang mulai ekspor padi?

Kita ekspor padi organik ke Belgia, Malaysia, Papua Nugini. Kita harus tahu bahwa pertambahan penduduk dan produksi kita sekarang naik. Bayangkan penduduk kita juga bertambah setiap tahun, kurang lebih 3 juta, sampai dengan tahun ini pertambahan penduduk 12,8 juta jiwa sesuai BPS (Badan Pusat Statistik). Ini kan butuh tambahan pangan. Satu sisi penduduk bertambah begitu cepat, tapi kita masih bisa ekspor.

Karena itu kita masih impor beras untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri?

Kemarin memang ada impor, kurang lebih 400 ton sebagai cadangan. Tapi kalau kita hitung-hitung sampai hari ini, stok kita sekitar 1,8 juta ton. Artinya, beras impor belum keluar ke mana-mana kan. Artinya masih cukup. Itu cadangan untuk berjaga-jaga, tetapi stok kita hari ini 1,8 juta ton. Berbeda dengan dulu, yang ada musim panen puncak, kemudian panen bukan puncak. Jadi panen gadu, kemudian rendeng (musim tanam utama). Sekarang kita ubah, bagaimana menanam tiap hari, panen tiap hari.

Bagaimana caranya?

Pertama, kita perbaiki irigasi karena ini kebijakan pemerintahan sekarang. Kurang lebih ada 3,5 juta hektare irigasi tersier yang kita perbaiki dan ini terbesar sepanjang sejarah. Kedua, kita menggunakan alat mesin pertanian, mekanisasi, dan itu naik 2.000 persen. Kita pakai buatan sendiri dari Litbang Kementerian Pertanian. Dari IPB (Institut Pertanian Bogor) ada benih unggul seperti benih IPB3S. Kemudian jagung dari perguruan tinggi lain, kita sinergikan seluruh anak bangsa.

Alhamdulillah peningkatan produktivitas dan planting index-nya meningkat, produktivitasnya juga menigkat. Dulu, produksi padi secara nasional itu rata-rata 5,29 – 5,3 ton per hektare. Sekarang ada bibit-bibit unggul yang kita hasilkan, kurang lebih produksinya ada yang 10 ton, 12 ton, ada juga yang 8 ton. Hampir dua kali lipatnya.

Bagaimana strategi sehingga produksi padi terus meningkat dari tahun 2014 hingga 2017?

Ini tahun keempat kita menghitung sesuai data BPS. Data tersebut menyebutkan pertambahan penduduk sampai hari ini mencapai 12,8 juta jiwa. Tambahan 12,8 juta ini tentu butuh pangan, butuh daging, butuh ayam, butuh beras dan seterusnya.

Pertumbuhan 12,8 juta jiwa itu membutuhkan beras kurang lebih 2 juta ton. Artinya apa? Tahun 2016 tidak ada impor, tahun 2017 tidak ada impor, dan baru tahun ini ada tambahan stok 400 ribu ton. Impor 400 ribu ton itu hanya cukup untuk 4-5 hari saja bagi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sementara kebutuhan per hari itu 83 ribu ton beras dan itu cadangan. Sekarang, yang baru-baru diimpor itu masih ada di Gudang karena stok kita hari ini 1,8 juta ton.

Apa antisipasi Kementan agar tak ada lagi impor di tengah ledakan pertambahan penduduk?

Ke depan, ada dua raksasa tidur di Indonesia yaitu rainfed land (tanah tadah hujan), kemudian ada swamp land (lahan pasang surut). Dua hal ini harus digarap. Rain fed land ini 50%, lahan padi tadah hujan yang tanam hanya satu kali 1 tahun. Sedangkan swamp land yang bahkan tidak ditanami, potensinya kurang lebih 10 juta hektare. Nah, keduanya kita garap, yang satu kata kuncinya adalah water management. Bagaimana me-manage air yang ada di lahan pasang surut. Kami mimpikan seluruh air hujan yang jatuh di bumi Indonesia, jangan biarkan mengalir sampai ke lautan, sebelum dimanfaatkan petani-petani Indonesia, bahkan masyarakat Indonesia.

Untuk tadah hujan, kami membangun rain water harvesting technology, rain water harvesting system, seperti long storage, kemudian sumur dalam, sumur dangkal, small dam, dam-dam kecil yang dibangun. Kami bekerja sama dengan Menteri Desa membangun 3.000 unit embung.

Bagaimana menghadapi persoalan degradasi dan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan industri?

Pertama, dengan regulasi terkait tanah pertanian. Kami sudah diskusi dengan banyak bupati dan gubernur. Mereka mengeluarkan peraturan Pergub di daerah masing-masing bahwa kawasan untuk pertanian jangan diganggu, khususnya lahan yang subur.

Bagaimana meyakinkan kepala daerah karena pasti lebih mudah dan menguntungkan lahan diberikan kepada industri dan perumahan?

Kebanyakan bupati dan gubernur mengerti bahwa pangan sangat penting. Yang menjadi perhatian dunia ada tiga, yakni pangan, air, dan energi.  Pangan ini harus kita jaga. Solusi berikutnya, kita harus intensifikasi tanah tadah hujan. Biasanya tanam satu kali, kalau sudah ada air, ada kehidupan, kita bisa tanam 2 kali - 3 kali.

Kemudian di embung bisa pelihara ikan, bisa tanam sayur-sayuran di pinggirannya, ada belut, bebek, ayam hidup. Petani bisa menghasilkan protein dan karbohidrat. Jadi, petani bisa memenuhi protein dan karbohidrat yang diproduksi sendiri.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement