KATADATA ? Belum genap delapan bulan, Budi Waseso sudah harus kehilangan jabatannya sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. Jenderal bintang tiga ini dipindah ke posisi barunya sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional.

Sejak didapuk menduduki jabatan prestisius itu pada 19 Januari 2015, nama Budi Waseso memang tak pernah sepi dari kontroversi. Banyak yang menilai, Budi bahkan membuat hubungan kepolisian dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi semakin panas.

Advertisement

Empat hari setelah dilantik, dia menangkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan menjeratnya dalam kasus dugaan kesaksian palsu perkara Pilkada Kotawaringin Barat.

Penetapan Bambang sebagai tersangka, menurut mantan Wakil Kepala Kepolisian RI Oegroseno ketika itu, sarat akan muatan politik sebagai rentetan ditetatapkannya Budi Gunawan menjadi tersangka kepemilikan rekening gendut oleh KPK. Saat itu, Budi Gunawan merupakan satu-satunya calon Kapolri.

Para pelaku usaha melihat, kisruh antarlembaga ini memunculkan ketidakpastian hukum. Padahal, faktor ini merupakan salah satu kunci untuk menjaring investasi masuk Indonesia yang tengah menggenjot pertumbuhan ekonomi. Mereka bahkan khawatir pertikaian tersebut membuat investor yang sudah ada kabur ke luar negeri karena tidak optimistis dengan iklim yang berkembang.

Kekhawatiran ini bahkan sudah merasuki pasar modal. Managing Partner Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, menyatakan investor saham memanfaatkan situasi tidak stabil untuk melakukan aksi ambil untung. Mereka khawatir akan keamanan dan prospek investasi di Indonesia terimbas perseteruan KPK-Polri. ?Ada asumsi bahwa investor menggunakan gonjang-ganjing politik untuk melakukan profit taking,? katanya, seperti dikutip Tempo.

Ketika itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia anjlok tajam, menyusul terjadinya koreksi teknikal yang melanda sebagian saham pada akhir perdagangan, Senin, 26 Januari 2015. Salah satu yang membuat indeks melemah 94 poin ke level 5.229,62 adalah isu negatif di tubuh penegak hukum.

Walau banyak yang menyesalkan, Budi Waseso pantang mundur. Ia malah kembali membuat serangkaian langkah kontroversial. Misalnya, Bareskrim melanjutkan pelaporan atas Ketua KPK Abraham Samad serta Komisioner  Zulkarnain dan Adnan Pandu Praja.

Dalam waktu singkat, polisi lantas menetapkan Abraham Samad menjadi tersangka kasus pemalsuan kartu keluarga dan paspor milik Feriyani Lim pada 9 Februari 2015. Sepekan kemudian, Budi Waseso menyatakan akan menyelidiki kasus senjata api yang dipegang 21 penyidik KPK karena izinnya telah habis.

Tak berhenti di situ, Bareskrim menetapkan mantan Wakil Menteri Hukum Denny Indrayana sebagai tersangka kasus pengadaan payment gateway, yakni sistem pembayaran pembuatan paspor secara online pada 24 Maret 2015.

Padahal, menurut Deny yang sudah lama aktif mendorong pemberantasan korupsi, apa yang dilakukannya semata untuk memperbaiki pelayanan publik. Karena itu, dia menolak kebijakan yang ia buat selama menjabat wakil menteri sebagai tindak korupsi.

Halaman:
Reporter: Muchamad Nafi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement