KATADATA - Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi dalam sepekan terakhir belum dapat menjadi indikator bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) pada saat ini. Selain kurs rupiah masih belum stabil, BI masih menghadapi tingkat defisit neraca transaksi berjalan yang tinggi.

Menurut David Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia, BI paling cepat dapat menurunkan suku bunga acuan pada awal tahun depan. “Sekarang volatilitas rupiah masih sangat tinggi, jadi belum memungkinkan untuk menurunkan BI Rate,” kata dia saat dihubungi Katadata, Kamis (8/10).

Advertisement

Lagi pula penguatan rupiah yang terjadi sepekan terakhir pun juga disebabkan nilai rupiah sudah terlalu rendah atau undervalued. Sejak awal tahun, rupiah sudah melemah hampir 19 persen, sehingga menarik minat investor untuk membeli aset-aset dalam rupiah.

Bagi BI, dia melanjutkan, sebelum mengubah kebijakan moneternya berkepentingan untuk memastikan adanya stabilitas di pasar keuangan. Persoalannya, jika buru-buru mengubah tingkat suku bunga dikhawatirkan dapat menganggu kinerja perekonomian, terutama di sektor perdagangan. (Baca: Tekanan Harga Berkurang, September Deflasi 0,05 Persen)

Defisit neraca transaksi berjalan

Meskipun sudah mengarah turun, Indonesia masih menghadapi tingkat defisit neraca transaksi berjalan yang masih cukup tinggi. Pada kuartal II-2015, defisit transaksi berjalan sebesar 2,05 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini yang terendah jika dibandingkan dengan periode yang sama dalam tiga tahun terakhir.

Halaman:
Reporter: Aria W. Yudhistira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement