KATADATA - Di bawah cahaya temaram, di atas kursi hitam, dia melantunkan beberapa tembang. Dari podium, petikan gitar dan suaranya membuat seratusan undangan di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan itu terpaku.
Iwan Abdurahman mengingatkan suasana pahit saat ini, karena ekonomi lesu, mesti dihadapi dengan keyakinan bahwa hari esok akan lebih baik.
Mentari kelak kan tenggelam
Gelap kan datang
Dingin mencekam
Harapanku bintang kan terang
Memberi sinar dalam hatiku
Penggalan “Melati dari Jayagiri”, yang dipopulerkan oleh kelompok musik legendaris Bimbo, itu satu dari beberapa lagu yang dinyanyikan Iwan. Kamis malam awal Februari ini, pengarang lagu tersebut mengatakan sebait tembang itu mengajak orang-orang agar percaya bahwa dalam kesempitan selalu ada harapan. “Agar optimisme juga dirasakan oleh masyarakat di luar gedung ini,” katanya.
Iwan sedang mengakhiri acara yang digelar Kementerian Keuangan tersebut. Temanya “Optimisme Perekonomian Indonesia 2016”. Dalam pertemuan itu hadir perwakilan berbagai instansi: Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Dewan Perwakilan Rakyat. Ada pula dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Ikatan Wanita Pengusaha Indonesoa, kalangan perbankan, lembaga riset ekonomi, dan media.
Dari markas Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta, pada awal tahun ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memang hendak menebarkan optimisme. Menurutnya, beban besar ekonomi telah dilalui Indonesia tahun lalu. “Kalau berbicara harga minyak, itu pun sudah kita lalui pada 2015. Ketika itu sudah di bawah US$ 40 per barel, jauh di bawah ekspektasi,” kata Bambang. (Baca: Dukung Tax Amnesty, Jokowi: Tidak Usah Ragu, Presiden Jamin).
Belajar dari pengalaman tahun lalu, doktor ekonomi dari Universitas Illionis Amerika Serikat itu pun menyiapkan sejumlah langkah untuk menghadapi tantangan tahun ini yang masih berat. Resep sudah diramu untuk melewati masa-masa global yang sulit.
Pertama, pemerintah akan menjaga daya beli masyarakat dengan menekan inflasi agar tidak terlalu tinggi. Misalnya, harga pangan, terutama beras, daging, dan kebutuhan pokok lainnya selalu diawasi sehingga pergerakannya dapat dikendalikan. Dari sisi pasokan, pemerintah akan memastikan suplainya tak bermasalah.
Langkah lain menjaga daya beli yaitu mendorong masyarakat menjadai wirausaha. Untuk yang satu ini, dibuat program pinjaman lunak dengan nilai pinjaman mulai Rp 25 juta bagi pengusaha kecil. “Indonesia akan maju hanya kalau rakyatnya banyak menjadi wirausaha,” ujar Bambang.
Kedua, mendorong pertumbuhan investasi terutama dari swasta. Agar menarik, sejumlah insentif disiapkan bagi pengusaha di bidang infrastruktur maupun industri. Menurut Bambang, Indonesia sudah melewati masa jaya sebagai negara yang kaya komoditas. Karena itu, saat ini mesti bergeser ke sektor industri dan infrastruktur. “Pemerintah berusaha membangkitkan optimisme private sectore,” kata Bambang.
Langkah ketiga yaitu membenahi belanja pemerintah. Karena itu, perlu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat agar dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Dari tiga hal itulah, kata Bambang, diharapkan menimbulkan optimisme bahwa perekonomian 2016 lebih baik dari 2015. (Lihat pula: Ada Ampres, Luhut Sebut Draf RUU Tax Amnesty Sudah Final).
Lalu, apa program unggulan terutama dalam kebijakan fiskal untuk mendorong hal itu? Dengan tangkas, di forum tersebut, Bambang menjawab pertanyaan salah seorang undangan ini. Menurut dia, di bidang perpajakan, pemerintah mendorong kebijakan pengampunan pajak dengan harapkan dapat memperbaiki penerimaan negara.
Bambang bercerita, sebenarnya ada “segunung” uang yang dihasilkan oleh perut bumi Indonesia. Juga dari sumber daya alam dalam hamparan lahan yang terserak. Sayang, uang-uang tersebut tak disimpan di dalam negeri, malah diparkir di bank-bank asing.
Untuk itulah Kementerian Keuangan menggagas Rancanga Undang-Undang Pengampunan Pajak. Dengan kebijakan tax amnesty ini, dia berharap uang yang dihasilkan dari sumber daya alam Indonesia, yang tidak pernah kembali, bisa ditarik pulang. “Ini menjadi kebijakan paling kritikal pada 2016 karena dampaknya akan besar,” kata Bambang. “Kalau ditanya berapa banyak uang yang ada di luar negeri, itu banyak banget.”
Upaya mengegolkan rencana tersebut mendapat sambutan hangat Misbakhun, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam berbagai kesempatan, mantan pegawai pajak ini memang mendukung suksesnya tax amnesty. Baginya, di tengah pemasukan negara yan sedang menurun, pengampunan pajak merupakan pilihan yang perlu diambil agar penerimaan lebih optimal.
Sayang, rencana pengampunan pajak yang diharapkan menambah pemasukan Rp 60 – 80 triliun itu tidak berjalan mulus. Pada Kamis pekan lalu, 25 Februari 2016, Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat menunda membahas RUU Pengampunan Pajak. Alasannya, pimpian fraksi belum menerima secara utuh draft akademik bakal beleid tersebut.