Wacana Bagi-bagi Rice Cooker Gratis, Efektif Kerek Konsumsi Listrik?

Muhamad Fajar Riyandanu
30 November 2022, 19:52
rice cooker gratis, konsumsi listrik, listrik
ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Pemerintah mengeluarkan wacana untuk membagikan penanak nasi listrik atau rice cooker gratis untuk meningkatkan konsumsi listrik.

Pakar energi menilai rencana pemerintah untuk menyalurkan 680.000 unit rice cooker gratis sebagai upaya meningkatkan konsumsi listrik merupakan hal yang mengada-ada dan tak efektif.

Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan pemeritah seharusya mendorong sektor industri dan bisnis untuk meningkatkan serapan listrik ketimbang mengarahkannya pada sektor rumah tangga lewat bagi-bagi penanak nasi listrik.

"Saya kira sangat tidak efektif untuk mereka yang mengatakan supaya menaikan permintaan listrik karena oversupply. Kenapa? karena rice cooker itu kan penggunaan listriknya gak besar meski yang dibagikan sampai 680.000 unit," kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Rabu (30/11).

Sebagai informasi, sejauh ini PLN masih terus menanggung kelebihan pasokan atau oversupply listrik yang dihasilkan dari sejumlah pembangkit baru bara, gas dan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang diproduksi secara domestik.

Dalam satu tahun ke depan di Jawa akan ada tambahan 6.800 megawatt (MW), sedangkan peningkatan permintaan hanya 800 MW. Di Sumatra penambahan permintaan listrik 1,5 giga watt (GW) terlihat tak sebanding dengan penambahan kapasitas sebesar 5 GW sampai 2025. Sama halnya di kalimantan dan Sulawesi bagian selatan.

Rencana pembagian rice cooker secara cuma-cuma ini berawal dari langkah Kementerian ESDM untuk meningkatkan serapan listrik nasional lewat sektor rumah tangga. Hingga September 2022, konsumsi listrik masih berada di angka 1.169 kilowatt jam (KWh) per kapita, masih jauh di bawah target tahun ini 1.268 KWh.

Menanggapi hal tersebut, Fahmy mengatakan bahwa pemerintah seyogianya menyasar sektor industri dan bisnis untuk meningkatkan serapan listriknya, terutama pada kawasan-kawasan industri besar. Hal tersebut dirasa lebih masuk akal mengingat serapan listrik dari sektor bisnis dan industri lebih besar daripada rumah tangga.

Mengutip laporan statistik PLN 2021, total energi atau listrik yang terjual pada sektor rumah tangga berada di angka 44,78 % dari total penjulan listrik ke seluruh kelompok pelanggan. Sementara penjualan listrik di sektor industri dan bisnis mencapai 48,65%.

Torehan ini selanjutnya diikuti oleh serapan listrik di sektor sosial sejumlah 3,36%, gedung dan kantor pemerintahan 1,83% dan penerangan jalan umum 1,38%.

"Selama pandemi industri banyak yang bangkrut dan mengurangi kapasitas produksi. Sekarang saya kira saatnya mereka meningkatkan penggunaan listrik sehingga oversupply-nya bisa diatasi," ujar Fahmy.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...