Contoh Puisi Pahlawan Karya Penyair Indonesia

Image title
16 Maret 2022, 14:06
Ilustrasi, penyair Sosiawan Leak membawakan puisi berjudul "Arek-Arek Bonek Surabaya Sang Garda Negara". Ada banyak contoh puisi pahlawan yang bisa menjadi bahan inspirasi bagi pemuda dan anak-anak untuk membakitkan semangan nasionalisme melalui karya sas
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Ilustrasi, penyair Sosiawan Leak membawakan puisi berjudul "Arek-Arek Bonek Surabaya Sang Garda Negara". Ada banyak contoh puisi pahlawan yang bisa menjadi bahan inspirasi bagi pemuda dan anak-anak untuk membakitkan semangan nasionalisme melalui karya sastra.

Mengenang dan mengapresiasi jasa pahlawan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui puisi pahlawan. Dengan karya sastra yang satu ini, penulis turut memberikan penghargaan kepada pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa.

Namun, sebelum membahas contoh puisi pahlawan, ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu apa itu puisi?

Pengertian Puisi

Dalam khazanah sastra Indonesia, puisi memiliki sumbangsih yang cukup besar dalam kekayaannya. Perannya dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia membuat setiap bait dan rimanya tidak bisa dipandang sebelah mata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi atau sajak merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Biasanya puisi berisi ungkapan penulis mengenai emosi, pengalaman maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan bahasa yang baik sehingga dapat berima dan enak untuk dibaca.

Sementara itu, pakar sastra H.B Jassin mengatakan, bahwa puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.

Contoh Puisi Pahlawan

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut beberapa contoh puisi pahlawan:

"Diponegoro"

Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini

Tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali

Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu

Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti

Sudah itu mati

MAJU

Bagimu negeri

Menyediakan api

Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas

Sungguhpun dalam ajal baru tercapai

Jika hidup harus merasai

Maju.

Serbu.

Serang.

Terjang.

***

"Gugur"

Karya: W.S. Rendra

Ia merangkak

Di atas bumi yang dicintainya

Tiada kuasa lagi menegak

Telah ia lepaskan dengan gemilang

Pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak

Di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua

Luka-luka di badannya

Bagai harimau tua

Susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga

Menatap musuh pergi dari kotanya

Sesudah pertempuran yang gemilang itu

Lima pemuda mengangkatnya

Di antaranya anaknya

Ia menolak

Dan tetap merangkak

Menuju kota kesayangannya

Ia merangkak

Di atas bumi yang dicintainya

Belum lagi selusin tindak

Maut pun menghadangnya

Ketika anaknya memegang tangannya,

Ia berkata:

”Yang berasal dari tanah

Kembali rebah pada tanah.

Dan aku pun berasal dari tanah

Tanah Ambarawa yang kucinta

Kita bukanlah anak jadah

Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita

Dengan mata airnya.

Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.

Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah juwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.

Ia adalah bumi waris yang sekarang.

Ia adalah bumi waris yang akan datang.”

Hari pun berangkat malam

Bumi berpeluh dan terbakar

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...