Menilik Vaksin Nusantara dan Pro Kontra Perjalanannya

Siti Nur Aeni
28 Maret 2022, 13:54
Ilustrasi, Prabowo Subianto mendapat booster Vaksin Nusantara.
instagram.com/prabowo/
Ilustrasi, Prabowo Subianto mendapat booster Vaksin Nusantara.

Vaksin Nusantara adalah vaksin Covid-19 buatan Indonesia yang sedang dikembangkan. Pembuatan vaksin ini disebut-sebut berbeda dengan jenis vaksin Covid-19 lainnya. Apa yang membuatnya berbeda? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Pembuatan Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara digagas oleh mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto. Melansir dari sehatq.com, jenis vaksin ini diketahui dibuat dengan metode sel dendritik. Metode ini sebenarnya bukan cara baru, karena biasa digunakan dalam terapi imun pasien kanker.

Pada metode sel dendritik, seseorang yang hendak divaksin perlu melakukan proses pengambilan sampel darah. Sampel tersebut nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk kepeluan pengambilan sel dendrik.

Sebagai pengetahuan, sel dendritik adalah komponen sel darah putih yang berperan penting dalam sistem imun. Setelah sel dendritik didapatkan, nantinya sel ini akan diberi antigen virus corona. Kemudian diinkubasi selama tiga hingga tujuh hari.

Selama masa inkubasi, sel ini akan membentuk kekebalan terhadap virus corona. Setelah masa inkubasi, sel dendritik akan kembali disuntikkan ke tubuh orang tersebut. Maka dari itu, tubuh akan memiliki kekebalan terhadap virus corona.

Vaksin Nusantara Menurut Para Ahli

Sejak awal kemunculannya, Vaksin Nusantara Terawan sudah memicu berbagai polemik. Beberapa ahli turut mengomentari vaksin asli Indonesia ini.

Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengatakan, metode yang digunakan dalam Vaksin Nusantara dikhawatirkan bisa memperlambat proses vaksinasi. Hal ini dikarenakan proses pemberian vaksin yang besifat personal, sehingga sulit dilakukan secara massal.

Kemudian, Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono, dalam sebuah wawancara dengan Kompas, menyebutkan bahwa Vaksin Nusantara kurang cocok untuk program vaksinasi massal. Ia menjelaskan, bahwa vaksinasi dengan metode ini memerlukan pelayanan medis khusus dengan alat yang canggih, ruang streril, inkubator CO2, dan sangat berisiko.

Hal lain yang membuat Vaksin Nusantara menuai kritik adalah, belum dibukanya data penelitian kepada publik maupun ilmuwan lain. Sehingga masih banyak yang meragukan proses serta keamanan vaksin ini.

Walaupun demikian, Juru Bicara Satgas Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito dalam konferensi pers pada 23 Februari 2021 mengatakan, bahwa pemerintah tidak berniat menghentikan pengembangan Vaksin Nusantara.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...