Sejarah SilverQueen, Cokelat Asal Garut yang Mendunia

Tifani
Oleh Tifani
6 September 2022, 11:12
cokelat
Katadata
Illustrasi, cokelat merek SilverQueen.

Cokelat merek SilverQueen tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Tidak banyak yang tau, bahwa cokelat SilverQueen merupakan produk cokelat yang asli dari Indoenesia, tepatnya berasal dari Garut, Jawa Barat. Cokelat SilverQueen dikenal sebagai cokelat batang dengan isian kacang mede yang terkenal enak. 

Namun tidak hanya kacang mede, merek cokelat SilverQueen juga berisi sejarah panjang dalam perkembangannya. SilverQueen adalah produk cokelat yang berada di bawah naungan PT Petra Food, perusahaan asal Garut yang awalnya dikenal dengan nama NV Ceres.

Pada masa kolonial Hindia Belanda, NV Ceres awalnya dimiliki oleh orang Belanda yang kemudian memutuskan untuk menjual perusahaan tersebut. Selanjutnya, Ceres N.V diambil alih oleh pemuda asal Burma (Myanmar) keturunan Tionghoa, bernama Ming Chee Chuang.

Ming Chee Chuang inilah yang kemudian mengembangkan perusahaan pabrik cokelat, yang sebelumnya bernama Ceres N.V. menjadi perusahaan besar yang memproduksi cokelat SilverQueen.

Sejarah Singkat Kemunculan SilverQueen

Pada dekade 1950-an, Chuang mengganti nama NV Ceres dengan PT Perusahaan Industri Ceres dengan produk biskuit wafer Ritz. Sayangnya, biskuit tersebut diklaim oleh Nabisco Foods karena merek Ritz sudah ada lebih dulu sejak tahun 1949 yang juga didirikan oleh orang Belanda.

Tidak tinggal diam, PT Perusahaan Industri Ceres kemudian memperjuangkan hak nama Ritz dan untungnya membuahkan hasil. Akhirnya Ritz menjadi merek wafer kepunyaan Ceres. Perusahaan Idustri Ceres ini kemudian memproduksi cokelat batangan dengan nama SilverQueen, pada dekade 1950-an.

Masih di era yang sama, ada program bernama Program Benteng yang diselenggarakan pemerintah. Program ini ditujukan untuk perusahaan yang berstatus perusahaan asing. Program beteng bertujuan untuk membina pengusaha asli orang Indonesia (pribumi), agar dapat mengembangkan bisnisnya.

Dalam Program Benteng, orang pribumi berhak memegang saham perusahaan sebanyak 70 persen. Hal tersebut menjadi tantangan Ming Chee Chuang yang bukan orang pribumi. Meski Chuang tidak mendapatkan kesempatan itu, namun ia tak kehabisan akal untuk melakukan inovasi terhadap produknya.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...