Mengenal Blangkon, Simbol Kebijaksanaan Pria Jawa

Tifani
Oleh Tifani
9 September 2022, 17:11
Blangkon
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa.
Ilustrasi, Blangkon pada Pameran Festival Blangkon di Loji Gandrung, Solo, Jawa Tengah, Jumat (9/9/2022).

Blangkon adalah penutup atau ikat kepala bagi kaum pria. Umumnya blangkon terbuat dari jalinan kain polos atau bermotif (batik) yang dilipat, dililit kemudian dijahit hingga berbentuk penutup kepala siap pakai.

Penggunaan blangkon ini bertujuan sebagai bagian dalam tradisi busana adat jawa, pelindung kepala dari sengatan matahari, sebagai wujud keindahan bagi pemakainya serta menunjukkan martabat atau kedudukan sosial bagi pemiliknya.

Anugrah Cisara dalam jurnal berjudul "Blangkon dan Kaum Pria Jawa" menyebutkan, bahwa masyarakat jawa kuno menganggap kepala seorang lelaki mempunyai arti penting. Maka pelindung kepala lelaki amat diutamakan hingga menggunakan blangkon dalam pakaian keseharian dapat dikatakan wajib.

Sebelum blangkon berbentuk topi siap pakai seperti yang sering dijumpai saat ini, dahulu blangkon bernama iket yang berwujud kain motif. Di setiap penggunaannya, iket perlu dililit dan dibentuk sedemikian rupa. Seiring perkembangan zaman, kain bermotif tersebut berinovasi menjadi penutup kepala siap pakai serupa dengan topi yang dinamakan blangkon.

Penggunaan kata blangkon diambil dari kata blangko, istilah yang dipakai masyarakat jawa untuk mengatakan sesuatu yang siap pakai.

Sejarah Kemunculan Blangkon

Tidak ada catatan pasti akan awal mula masyarakat jawa menggunakan iket atau blangkon sebagai penutup kepala. Iket telah tersebut disebut dalam cerita legenda Aji Saka, pencipta tahun Saka atau tahun Jawa dan aksara Jawa.

Dikisahkan sekitar 20 abad yang lalu, Aji Saka berhasil mengalahkan Dewata Cengkar hanya dengan menggelar kain penutup kepala yang kemudian dapat menutupi seluruh tanah Jawa.

Selain itu, beberapa riwayat mengatakan bahwa blangkon merupakan pengaruh budaya Islam yaitu kain sorban. Para pedagang dari Gujarat selalu mengenakan sorban, kain panjang yang dililitkan di kepala.

Sorban kemudian menginspirasi orang Jawa memakai ikat kepala seperti mereka. Pada zaman dulu, blangkon hanya boleh dibuat oleh pengrajin dan seniman keraton sesuai dengan aturan (pakem) yang berlaku.

Blangkon dulunya juga digunakan untuk menunjukan status pemakainya. Status seseorang dapat dilihat dari jumlah lilitan, bentuk, dan motif kain pada blangkon yang dipakai. Unsur keindahan dan filosofis sangat diperhatikan dalam pembuatan blangkon.

Dalam budaya masyarakat jawa, rambut merupakan bagian terpenting dari tubuh manusia yang disebut dengan istilah Mustoko atau mahkota. Maka penutup kepala yang melindungi rambut perlu diperlakukan secara istimewa. Keistimewaan ini yang membuat orang jawa tempo dulu menganggap bahwa dalam berpakaian adat jawa akan lebih terlihat pantas dan lebih berwibawa apabila pada bagian kepala menggunakan sebuah penutup kepala yaitu blangkon.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...