Sinopsis Novel Assalamualaikum Beijing, Kisah Cinta Berbalut Religi
Di Indonesia, tidak banyak penulis yang menyajikan kisah fiksi berbalut religi. Oleh karena itu, kehadiran Asma Nadia melalui novel-novelnya dianggap sebagai angin segar bagi dunia sastra Indonesia.
Sejak awal karirnya, ia telah banyak menulis novel yang selalu menjadi best seller di pasaran. Beberapa karyanya antara lain “Surga yang Tak Dirindukan”,“Jilbab Traveler”, “Catatan Hati Bunda”, dan “Cinta di Ujung Sajadah”. Beberapa novel karya Asma Nadia telah diadaptasi menjadi film.
Dalam setiap novelnya, Nadia memang terkenal akan ciri khasnya yang sering menuliskan kisah percintaan bernuansa islami, yang selalu berhasil memikat hati para pembacanya. Hal itu pula ia terapkan dalam novelnya yang berjudul “Assalamualaikum, Beijing.”
“Assalamualaikum, Beijing.” diterbitkan oleh Noura Publishing pada tahun 2013 yang mengisahkan kehidupan seorang gadis muslimah selama tinggal di Beijing. Sama seperti novel Nadia lainnya, novel ini juga berhasil meraih posisi sebagai novel best seller.
Menyusul kesuksesannya, novel ini pun juga telah diadaptasi ke dalam bentuk film oleh Maxima Pictures dan dibintangi oleh Revalina D. Temat sebagai karakter utama.
Bila Anda ingin mencoba buku yang memiliki nuansa religi, maka novel ini patut dijadikan salah satu list bacaan Anda. Bila Anda masih ragu, silahkan baca sinopsis novel Assalamualaikum Beijing ini.
Sinopsis Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia
Novel ini menceritakan kisah seorang wanita muslimah asal Indonesia bernama Asmara selama ia tinggal di negara Cina. Sebelum ia tinggal di Cina, Asmara pernah menjalin hubungan asmara dengan Dewa selama 4 tahun.
Asmara sangat percaya kepada dengan Dewa dan berharap bahwa mereka akan segera menikah. Selain itu, banyak orang yang mendukung hubungan keduanya, termasuk Sekar, sahabat Asmara.
Pada akhirnya, Dewa pun melamar Asmara. Mereka berdua pun mulai mempersiapkan acara pernikahan. Pada awalnya, semua berjalan dengan normal sampai tiba-tiba Dewa membatalkan pernikahan secara sepihak.
Ternyata, Dewa telah menjalin hubungan terlarang dengan Anita, rekan kerjanya, di mana ia harus bertanggung jawab dengan menikahi Anita yang sedang mengandung anaknya.
Tidak ingin larut dalam kesedihan, Asmara memutuskan untuk menerima proyek besar dari kantornya dan pergi ke Beijing untuk urusan pekerjaannya itu.Di sana, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang lelaki Cina bernama Zhongwen.
Pertemuan itu membuat Zhongwen merasa tertarik dengan sosok Asmara, dan memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh tentang dirinya. Mereka berdua terakhir kali bertemu di sebuah masjid di Cina. Sejak saat itu, mereka saling bertukar kontak dan berteman baik.
Selama berteman dengan Asmara, Zhongwen banyak belajar tentang agama Islam. Ia akhirnya mendapatkan hidayah dan memutuskan untuk menjadi mualaf walaupun harus rela terusir dari keluarganya.
Karena urusan pekerjaan di Cina telah selesai, Asmara pun segera kembali ke Indonesia tanpa memberitahu Zhongwen. Malangnya, tak lama setelah itu Asmara divonis menderita sindrom antibodi antifosfolipid, yang membuatnya harus mengalami kesakitan luar biasa, serangan stroke, serta sulit bergerak hingga nyaris buta. Bahkan oleh dokter, ia dianjurkan untuk tidak hamil dan melahirkan.
Di sisi lain, Zhongwen yang telah jatuh cinta pada Asmara, berusaha mencari tahu kabar Asmara yang mendadak hilang tidak ada kabar. Sementara itu, Dewa tidak pernah bisa melupakan sosok Asmara dari kehidupannya.
Mengetahui hal ini, Anita sangat stress hingga ia mencoba untuk bunuh diri. Tapi tetap saja, Dewa tidak mencintai istrinya itu. Ia pun mencoba mendatangi rumah Asmara, namun semuanya sudah terlambat.
Kutipan Indah dari Novel “Assalamualaikum, Beijing”
Mengangkat kisah percintaan yang dibalut dengan nuansa islami, tentunya novel “Assalamualaikum, Beijing” ini berisikan kutipan-kutipan romantis. Tak hanya romantis, kutipan dari novel ini juga sarat akan nilai-nilai agama yang tentunya sangat relate dengan kehidupan. Berikut beberapa kutipan di antaranya.
“Aku tak ragu mengatakan, bersama denganmu walaupun sebatas embusan angin kunamai ia anugrah”
“Manusia tempatnya khilaf, tetapi tidak berarti setiap orang bebas mengeliminasi tanggung jawab moral yang mesti ditanggungnya, lalu berbicara seolah-olah kesalahan adalah sesuatu yang lumrah dan dengan enteng dapat ditoleransi.”
“Hijrah dari air mata kepada sukacita. Hijrah dari masa lalu dengan menutupnya rapat-rapat, memberi tanda “selesai” hingga tak menjadi beban ketika melangkah menuju masa depan. Hijrah dari kenangan kepada kenyataan. Bersiap mengganti memori yang usang dengan serangkaian kejadian baru. Hijrah dari kekecewaan dengan memaafkan.”
“Laki-laki baik pasti ada. Hanya tak semua beruntung menemukan seseorang yang siap mendampingi dalam susah dan senang, dalam sehat dan sakit, dalam rentang hidup hingga kematian menjemput.”
“Kenyataannya, kata-kata tak selalu berbanding lurus dengan kedalaman perasaan laki-laki.
“Dan satu hal yang tak boleh dilupakan, kesedihannya tak seujung kuku dibandingkan dengan nestapa yang harus dipanggul banyak manusia lain di bumi ini."