Review Buku Filosofi Teras, Mulai Hidup Tenang Dengan Filosofi Stoic
Bila Anda sedang mengunjungi toko buku, Anda pasti sering menemukan buku motivasi atau pengembangan diri, baik yang ditulis oleh penulis lokal maupun internasional. Bila Anda lebih berminat pada buku karya penulis lokal, ada banyak sekali pilihan buku yang bisa Anda baca. Bila Anda bingung, Anda bisa memilih buku “Filosofi Teras”.
Buku “Filosofi Teras” adalah buku karya Henry Manampiring yang terbit pada tahun 2019 dan sukses meraih mega best seller. Selain itu, buku ini juga berhasil meraih predikat sebagai Book of The Year di International Book Fair 2019.
Buku ini berisikan penjelasan mengenai konsep Stoic yang merupakan konsep filosofi dari Yunani-Romawi Kuno. Filosofi ini sangat populer beberapa tahun belakangan ini karena dianggap mampu membantu orang-orang mengatasi emosi negatif mereka. Selain itu, filosofi ini juga dapat membentuk mental menjadi lebih tangguh ketika sedang menghadapi masalah hidup.
Dalam buku ini, Henry berusaha menjelaskan filosofi tersebut dengan bahasa yang ringan sehingga banyak orang yang bisa memahami filosofi tersebut dan mampu menerapkannya dengan baik. Karena alasan itu pula lah Henry menggunakan diksi filosofi teras agar terasa lebih akrab bagi para pembaca Indonesia.
Hal ini didasarkan dari tokoh Zeno, pelopor filsafat stoa yang kerap mengajarkan filosofinya itu di teras berpilar atau dalam bahasa Yunani nya disebut sebagai “‘stoa”. Henry pun mengubahnya menjadi versi Indonesia yaitu filosofi teras.
Bila Anda tertarik untuk mengenal lebih dalam tentang filosofi stoic, buku ini harus Anda baca. Ada banyak informasi menarik yang bisa Anda terapkan untuk mencapai ketenangan dalam hidup. Berikut review buku Filosofi Teras untuk Anda.
Review Buku Filosofi Teras Karya Henry Manampiring
Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman hidup dari sang penulis dimana dulunya Henry dikenal sebagai pribadi yang penuh negative thinking. Hal ini semakin memburuk sehingga ia memutuskan untuk berkonsultasi pada psikiater dan divonis menderita Major Depressive Disorder. Henry pun mulai menerima terapi obat-obatan yang berhasil membuat mood nya membaik.
Tidak ingin bergantung pada obat-obatan saja, Henry juga mulai membaca buku How to be Stoic karya Massimo Pigliucci. Setelah membaca buku tersebut, Henry menemukan bahwa filosofi tersebut dapat membantunya merasa lebih tenang dan damai.
Setelah itu, Ia pun mulai mencari referensi lain mengenai filosofi tersebut melalui buku ataupun internet. Segala pengetahuan, ilmu, dan informasi yang telah ia pelajari pun ia tuangkan ke dalam bukunya “Filosofi Teras”.
Dalam bukunya, Henry memperkenalkan filosofi teras sebagai solusi bagi pembaca untuk mengatasi emosi negatif mereka dan memiliki mental yang tangguh ketika sedang menghadapi masalah. Buku ini fokus untuk membantu pembaca agar dapat ketenangan dalam hidup dan terbebas dari emosi negatif.
Buku ini berisi penjelasan secara sederhana mengenai inti dikotomi kendali manusia . Dari dikotomi kendali tersebut, manusia bisa menentukan hal-hal yang membuatnya bahagia dan mana yang tidak.
Melalui filosofi stoic, buku ini mampu memberikan banyak pembelajaran dan value yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah bahwa manusia dalam menjalani hidupnya harus dengan selaras dengan karena kehidupan sejatinya berjalan sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa dan juga selaras dengan alam.
Selain itu, buku ini juga mengajarkan bahwa jangan terlalu memikirkan hal yang belum terjadi kedepannya dan biarkan hidup berjalan sebagaimana mestinya . Walaupun demikian, jangan abaikan usaha. Tetaplah berusaha dengan maksimal agar memperoleh hasil yang maksimal pula.
Kutipan Penuh Motivasi Dari Buku “Filosofi Teras”
Dalam buku ini, Ada banyak value yang bisa anda jadikan motivasi untuk membuat hidup Anda lebih baik. Berikut beberapa di antaranya
“Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima.”
“Disinilah pentingnya memahami bahwa "kendali" bukan hanya soal kemampuan kita "memperoleh", tetapi juga "mempertahankan"."
"Kenyataannya, kekayaan, ketenaran, dan kesehatan memang bisa diusahakan untuk dimiliki, tetapi apakah kita yakin bisa sepenuhnya mempertahankannya?”
“Kamu tidak bisa dihina orang lain, kecuali kamu sendiri yang pertama-pertama menghina dirimu sendiri."
“It's not things that trouble us, but our judgment about things.(Epictetus)”
“Artikel "The Problem With Positive Thinking"menyebutkan bahwa positive thinking justru sering menghambat kita. Beberapa eksperimen menunjukkan, mereka yang menerapkan positive thinking dalam berusaha mencapai tujuannya sering kali memperoleh hasil yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak."
.“Jangan biarkan peristiwa yang ada [di depanmu] menggoyahkan dirimu. Katakanlah [pada peristiwa/kejadian itu], "Tunggu dulu; biarkan saya memeriksamu sungguh-sungguh. Saya akan mengujimu terlebih dahulu."