Mengenal Tradisi Tatung, Pertunjukan Pawai Ekstrem dari Singkawan
Tradisi Tatung merupakan salah satu tradisi langka yang berkembang di kawasan Kota Singkawang. Tradisi Tatung atau yang kerap disebut sebagai Pawai Tatung adalah sebuah tradisi menusuk badan.
Tradisi tusuk badan ini biasanya digelar menjelang perayaan Festival Cap Go Meh hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.
Tradisi Tatung dinilai ekstrim lantaran menyajikan atraksi menusuk-nusuk badan dengan benda tajam. Tradisi Tatung dimeriahkan oleh para Tatung, sebutan bagi orang yang menusuk-nusukkan benda tajam ke tubuhnya.
Dalam bahasa Hakka, Tatung adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu, roh dewa dipanggil kemudian merasuki raga orang yang dituju.
Perayaan Tradisi Tatung menjadi salah satu pertunjukan yang ditunggu-tunggu masyarakat Singkawang ketika perayaan Cap Go Meh tiba. Dalam pertunjukkan ini, para tatung tidak lagi sadarkan diri.
Mereka telah dirasuki roh halus kemudian mempertontonkan kesaktian mereka berupa kekebalan terhadap benda tajam. Mengenakan pakaian khas Tionghoa, badan hingga pipi para tatung ditusuki benda-benda tajam kemudian mengitari jalan-jalan Kota Seribu Kelenteng ini.
Saat para Tatung ditusuk benda tajam, tidak ada satu pun tatung yang terluka. Mereka memiliki kekebalan tersendiri layaknya pertunjukan debus. Mulai dari pedang, besi, paku, kawat, hingga pisau dihunuskan ke tubuh para tatung selama gelaran Tradisi Tatung ini.
Cikal Bakal Kehadiran Tradisi Tatung di Singkawang
Dalam buku "70 Tradisi Unik Suku Bangsa Indonesia", Tradisi Tatung bermula dari kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara 4 abad silam. Khususnya suku Khek atau Hakka, dari Cina Selatan ke Pulau Borneo, sebutan untuk Kalimantan.
Sultan Sambas penguasa Singkawang kala itu kemudian mempekerjakan masyarakat pendatang itu di pertambangan emas di Montedaro. Bertahun-tahun mereka tinggal di perkampungan di Kalimantan Barat.
Suatu ketika, masyarakat setempat terserang wabah penyakit. Kala itu, warga meyakini wabah penyakit disebabkan adanya roh jahat. Karena belum ada pengobatan kedokteran modern di sana, masyarakat Tionghoa pendatang itu kemudian mengadakan ritual tolak bala.
Ritual ini, dalam bagasa Hakka disebut Ta Ciau. Ta Ciau ini lah yang menjadi cikal bakal tradisi Tatung di Singkawang.
Dalam perayaan Cap Go Meh, Tradisi Tatung bertujuan sebagai ritual pencucian jalan untuk membersihkan segala kesialan dan roh jahat yang ada di seluruh kota. Jadi, ketika perayaan Cap Go Meh, para Tatung berkeliling ke jalan-jalan yang ada di Kalimantan Barat, khususnya kota Singkawang.
Sedangkan, yang menjadi Tatung pun tidak sembarangan, biasanya yang bisa menjadi Tatung adalah seseorang yang memiliki garis keturunan baik ayah atau kakeknya pernah menjadi Tatung.
Tidak Bisa Sembarangan, Menjadi Tatung Perlu Seleksi Ketat
Memiliki kekuatan atau kemampuan menjadi tatung tak langsung membuat seseorang bisa ikut berparade dalam festival Cap Go Meh Singkawang. Ada beberapa persyaratan yang mesti dipenuhi tatung.
Salah satunya adalah, memiliki legalitas berupa surat pernyataan dari lurah yang menyatakan bahwa ia benar-benar adalah tatung.
Surat pengantar tersebut nantinya yang akan digunakan untuk mendaftarkan diri ke sekretariat Tao. Surat tatung dari sekretariat Tao itulah yang akan digunakan untuk mendaftar Festival Cap Go Meh.
Tanpa surat keterangan tersebut, orang-orang yang mengaku sebagai tatung akan dianggap sebagai tatung ilegal.
Tatung ilegal tidak akan diperkenankan ikut serta dalam festival Tradisi Tatung, dan kalau pun mereka memaksa tampil, panitia tidak akan memberikan bantuan dana.
Sebab parade tatung sudah menjadi bagian dari festival Cap Go Meh untuk menghibur wisatawan, maka tak sembarang orang bisa masuk di dalamnya. Ada proses seleksi yang mesti dilakukan.
Sebab, walaupun tatung adalah manusia biasa yang dimasuki roh, mereka punya keistimewaan sendiri, yaitu berkemampuan sebagai tabib.
Faktor terpenting yang tidak boleh luput dari seleksi adalah cara beratraksi. Akankah mereka beratraksi secara sadis, menyeramkan atau menjijikkan. Sebab ada saja tatung yang senang memakan hewan seperti anjing, ular, ayam secara hidup-hidup ketika ia tengah beraksi dalam kondisi tak sadar.
Jadi, seleksi dilakukan untuk meminimalisir hadirnya roh liar yang masuk ke dalam acara festival. Sampai sekarang Tradisi Tatumg masih terus lestari di Singkawang. Biasanya pertunjukan ini hanya dapat disaksikan ketika perayaan Cap Go Meh.