Sistem Ekonomi Kapitalis, Pengertian, dan Karakteristiknya
Terdapat berbagai jenis sistem ekonomi yang dianut oleh negara di dunia, yang ditentukan oleh kebijakan pemerintah dan sejarah yang dialami masing-masing negara. Tak hanya itu, sistem ekonomi juga dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Misalnya aspek modal, tenaga kerja, dan perkembangan teknologi.
Indonesia misalnya, yang menganut sistem ekonomi Pancasila. Dari namanya, mekanisme ini berasal dari sejarah dan nilai-nilai yang diyakini cocok bangsa Indonesia.
Demikian halnya dengan negara lain. Maka dari itu, kali ini kami akan membahas lebih lanjut tentang sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan oleh sejumlah negara di berbagai belahan dunia. Selengkapnya, simak tulisan di bawah ini.
Pengertian Sistem Ekonomi Kapitalis
Secara umum, sistem ekonomi kapitalis diketahui sebagai kesinambungan perekonomian yang diterapkan sejumlah negara di bagian Barat. Beberapa di antaranya yaitu Amerika Serikat, Argentina, Chili, Brasil, Kuba, Ekuador, Kolombia, Bolivia, dan lain-lain.
Namun, tahukah Anda apa pengertian dari sistem ekonomi kapitalis yang sesungguhnya? Diketahui bahwa ideologi ini berangkat dari sejarah di masa lalu. Sebelum membahasnya, kami terlebih dahulu menyertakan sejumlah definisi yang dirangkum dari pendapat para ahli. Berikut penjelasannya.
Max Weber mendefinisikan sistem ekonomi kapitalis sebagai sistem yang diperuntukkan kepada suatu pasar agar menghasilkan keuntungan dari proses pertukaran. Sistem ekonomi relatif berada di bawah kendali pemilik usaha.
Adam Smith, yakni tokoh yang dikenal sebagai bapak ekonomi ini memiliki pendapat bahwa sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem yang bisa mensejahterakan masyarakat lantaran sedikitnya peran pemerintah. Pihak berwenang tidak memiliki andil dalam menentukan mekanisme dan kebijakan di pasar. Di lain sisi, Adam Smith melalui rangkuman IMF mengatakan, “Bukan dari kebajikan tukang daging, pembuat bir, atau tukang roti yang kami harapkan dari makan malam kami, tetapi dari perhatian mereka terhadap kepentingan mereka sendiri.
Sementara G. Palmer melalui bukunya yang berjudul The Morality of Capitalism (2011) menyampaikan bahwa sistem ekonomi kapitalis juga mencakup aspek sosial, hukum, dan budaya yang ditujukan untuk menunjang hak, proses pembelajaran, meritokrasi, dan desentralisasi inovasi proses kesukarelaan di dalam mekanisme pasar.
Tak hanya itu, presiden RI pertama, yaitu Ir. Soekarno juga menyampaikan pendapatnya terkait hal ini. Ia menerangkan bahwa sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem sosial yang ada di dalam masyarakat yang muncul dari cara produksi dan memisahkan kaum buruh dengan alat produksi yang ada.
Dari sederet definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi kapitalis juga merembet ke aspek tatanan masyarakat lainnya. Termasuk sosial dan budaya. Selain itu, terdapat dua unsur penting, yakni pemilik usaha (modal) dan buruh.
Karakteristik Sistem Ekonomi Kapitalis
Sistem ekonomi kapitalis berakar dari ideologi kapitalisme yang muncul sekitar abad 16-18. Tokoh yang paling terkenal terkait dengan hal ini adalah Karl Marx, yakni seorang sosialis, sejarawan, sekaligus ekonom yang lahir di Jerman.
Melalui berbagai tulisannya, Marx menyebutkan bahwa terdapat sejumlah unsur penting yang menjadi karakteristik dari kapitalisme itu sendiri, yakni:
1. Kepemilikan Alat Produksi
Pada sistem ekonomi kapitalis, alat-alat produksi dimiliki secara utuh oleh individu atau perusahaan. Kepemilikan ini sangat memungkinkan untuk pemilik mengendalikan dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari proses produksi.
2. Buruh
Masyarakat selain pemilik modal akan bekerja sebagai buruh agar mendapatkan imbalan berupa upah. Kinerja menjadi jaminan sebagai pengelola usaha. Alih-alih mendapatkan hasil yang dikerjakan, pekerja hanya mendapat gaji.
3. Akumulasi Modal
Kapitalisme mendorong akumulasi modal untuk mendapat laba sebesar-besarnya. Termasuk upaya ekspansi produksi, konsumsi, dan mekanisme pasar.
4. Eksploitasi
Kapitalisme memiliki kaitan erat dengan adanya tindakan eksploitasi. Sistem ekonomi ini cenderung memeras tenaga buruh untuk menunjang usaha dan mendapatkan keuntungan. Nilai lebih yang dihasilkan pekerja dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan. Sementara upah yang diberikan tidak senilai dengan barang atau jasa yang diproduksi.
5. Konflik antar Kelas
Di dalam penjelasan Karl Marx, ia berpendapat bahwa ada kelas borjuis, yaitu masyarakat kelas atas yang hidup layak dan memiliki kuasa. Di lain sisi ada kelas proletar atau kaum buruh. Semakin tinggi kesadaran mereka terhadap rasa eksploitasi yang dilakukan pihak kelas atas, maka konflik semakin rentan.
6. Krisis Ekonomi
Dalam hal ini, kapitalisme dianggap rentan memicu krisis ekonomi yang diakibatkan produksi secara berlebihan. Sementara tingkat konsumsi semakin rendah. Imbasnya adalah penurunan tingkat ekonomi dan kerusuhan sosial.
7. Fetisisme Komoditas
Konsep fetisisme komoditas terjadi ketika masyarakat kapitalis menganggap bahwa barang dan jasa memiliki nilai yang melekat. Sementara kenyataannya tidak demikian.
Demikian penjelasan tentang sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan oleh sejumlah negara, khususnya Amerika dan Eropa. Sistem ekonomi ini menimbulkan kelas ekonomi yang mengacu pada kekuasaan dan keadaan ekonomi masyarakat.