4 Tips Mengelola Keuangan Hadapi Resesi 2023
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami resesi pada 2023. Sejumlah pakar ekonomi turut membagikan tips mengelola keuangan hadapi resesi kepada masyarakat, salah satunya berasal dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Dikutip dari laman ugm.ac.id, pakar perbankan, keuangan, dan investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, PhD, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang sembari melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya sudah dibuat.
Menurutnya, upaya penyiapan dana darurat penting dilakukan. Ia juga memberi tips cara mengelola keuangan pribadi menghadapi ancaman resesi di depan mata.
Tips Mengelola Keuangan Hadapi Resesi 2023
Berikut ini tips mengelola keuangan pribadi menghadapi resesi 2023 dari pakar UGM, I Wayan Nuka Lantara, PhD.
1. Cari Alternatif Tambahan Penghasilan Selain Gaji Tetap
Masyarakat dirasa perlu berupaya mencari alternatif penghasilan tambahan di luar gaji pokok. Masyarakat dapat memanfaatkan hobi untuk mulai berbisnis dan menghasilkan pemasukan tamabahan.
Masyarakat juga dapat mencoba berjualan online, mengingat semakin meraja e-commerce. Selain itu, Wayan menyarankan masyarakat tetap rutin berinvestasi.
2. Pilih Investasi yang Aman
Wayan menyebutkan bahwa investasi selama ini terbukti menjadi cara yang efektif untuk melawan dampak negatif inflasi. Namun, pilihan investasi yang cocok untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi global adalah menggeser bobot dana investasi kita lebih banyak pada aset investasi yang tergolong aman (safe haven).
Ia mencontohkan jenis investasi yang aman dilakukan antara lain deposito, emas, surat berharga yang diterbitkan oleh negara. Jika ingin melakukan investasi di saham, ia menyarankan sebaiknya investasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, tetap bisa bertahan meskipun ada krisis.
3. Identifikasi Kembali Pengeluaran
Masyarakat dapat mulai melakukan penghematan pada pengeluaran-pengeluaran yang kurang penting, atau bukan prioritas. Pendataan rencana pengeluaran per bulan dapat dilakukan, agar dapat dengan mudah menentukan priotitas.
Dengan mencatat rencana pengeluaran, masyarakat juga dapat memperkirakan dapat berhemat berapa banyak pada bulan yang akan datang.
4. Tidak Perlu Panik
Ketika kabar resesi 2023 berhembus, orang-orang akan mulai panik ditambah dengannaiknya sejumlah harga bahan pokok. Wayan berpesan, sebaiknya jalani kehidupan seperti hari biasa pada umumnya.
Masyarakat dapat membeli produk-produk lokal untuk membantu perekonomian nasional, dan jangan lakukan panic buying. Pasalnya, panic buying akan memperparah inflasi di masyarakat.
Pengertian Resesi Ekonomi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi ekonomi adalah kelesuan kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti) atau menurunnya kegiatan dagang (industri). Secara teknikal, resesi adalah saat pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.
Dikutip dari laman lama resmi ojk.go.id, resesi ekonomi atau resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Resesi ditandai adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sejumlah indikator yang bisa digunakan suatu negara dalam keadaan resesi ekonomi antara lain terjadi penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur. Saat resesi ekonomi terjadi, artinya pertumbuhan ekonomi hanya sampai 0 persen, bahkan minus dalam kondisi terburuknya.
Pertumbuhan ekonomi selama ini jadi indikator utama dalam mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai dengan naiknya PDB.
Penyebab Resesi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara. Adapun penyebab resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Inflasi
Inflasi adalah proses meningkatnya harga secara terus-menerus. Sebenarnya, inflasi bukanlah hal yang buruk. Namun, inflasi yang berlebihan juga merupakan salah sat tanda resesi ekonomi.
2. Deflasi Berlebihan
Meskipun inflasi yang tak terkendali dapat menyebabkan resesi ekonomi, deflasi juga dapat memberikan dampak yang lebih buruk. Deflasi merupakan kondisi saat harga turun dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.
Deflasi lebih berdampak kepada para pemilik usaha (penyedia barang maupun jasa). Ketika individu dan unit bisnis kemudian berhenti mengeluarkan uang, hal ini kemudian akan berdampak pada rusaknya ekonomi.
3. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Sayangnya, nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.
4. Tingkat Pengangguran Tinggi
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang berperan penting dalam penggerak perekonomian. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang berkualitas bagi para tenaga kerja lokal, maka tingkat pengangguran meningkat.
Risikonya adalah tingginya tingkat kriminal guna memenuhi kebutuhan hidup.
5. Gelembung Aset
Salah satu penyebab resesi ekonomi adalah gelembung aset. Banyaknya investor yang panik biasanya akan segera menjual sahamnya yang kemudian memicu resesi ekonomi.
Gelembung asset kerap disebut sebagai ‘kegembiraan irasional’. Kegembiraan ini menggembungkan pasar saham dan real estate, sehingga akhirnya gelembung tersebut pecah dan terjadilah panic selling dapat menghancurkan pasar yang kemudian menjadi penyebab resesi.
6. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Guncangan ekonomi yang mendadak dapat memicu resesi ekonomi serta berbagai masalah ekonomi yang serius. Mulai dari tumpukan utang yang secara individu maupun perusahaan.
Banyak utang yang dimiliki kemudian otomatis membuat biaya pelunasannya juga meninggi. Biaya dalam melunasi hutang tersebut lama-lama akan meningkat ke titik dimana mereka tidak dapat melunasinya lagi.
7. Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang
Keseimbangan konsumsi dan produksi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi.
Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor.
Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
8. Pertumbuhan Ekonomi Merosot
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat.
Begitu pula sebaliknya, jika PDB mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
9. Perkembangan Teknologi
Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi ekonomi. Sebagai contoh pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja.
Revolusi yang dinamakan juga revolusi industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi ekonomi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir bahwa artificial intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi ekonomi, lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya.