Sinopsis Film A Man Called Otto, Fim tentang Keluarga dan Kehilangan
Sinopsis film A Man Called Otto diadaptasi dari novel berjudul A Man Called Ove karya Fredrik Backman yang diterbitkan pada tahun 2012. Ini merupakan versi kedua setelah A Man Called Ove versi Swedia dirilis pada tahun 2015.
Film A Man Called Otto diarahkan oleh Marc Foster yaitu seorang sutradara yang dikenal melalui film Stay (2005), World War Z (2013), Quantum of Solace (2008) dan Christopher Robin (2018). Adapun naskahnya ditulis oleh David Magee yang juga sedang mengerjakan naskah The Little Mermaid.
Film bioskop terbaru A Man Called Otto menawarkan kisah mengharukan dan lucu tentang kehilangan, cinta dan kehidupan. Sinopsis film A Man Called Otto mengajarkan bahwa keluarga terkadang bisa ditemukan di tempat paling tidak terduga.
Sinopsis Film A Man Called Otto
Film A Man Called Otto banyak dibicarakan di Twitter setelah beberapa akun komunitas film menilai karya ini sangat bagus. A Man Called Otto bercerita tentang kehilangan dan masalah kesehatan mental lansia. Berikut sinopsis lengkapnya:
1. Mengenal Sosok Otto, Lansia yang Kehilangan Semangat Hidup
Dalam sinopsis film A Man Called Otto menceritakan Otto Anderson (Tom Hanks) merupakan seorang pria berusia 63 tahun tinggal di pinggiran kota Pittsburgh, Pennsylvania. Setelah pensiun dari perusahaan baja dan ditinggal istrinya meninggal dunia, ia menghabiskan masa tuanya seorang diri.
Otto Anderson (Tom Hanks) dikenal sebagai seorang pemarah yang tidak lagi melihat tujuan dalam hidup setelah kehilangan istrinya. Bahkan ia siap meninggalkan semuanya karena sudah lama mengalami gangguan kesehatan mental.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, ia begitu disiplin bahkan memiliki rutinitas yang baku dan tidak bisa diganggu atau diubah dengan seenaknya. Hampir semua orang bersinggungan dengan Otto di masa tuanya dan menganggap dirinya sebagai sosok menyebalkan.
2. Dibalik Sikapnya yang Menyebalkan, Otto Memiliki Pengalaman Traumatis
Otto melihat orang lain sebagai orang bodoh karena tidak sesuai dengan prinsip hidupnya. Sederet perangai menyebalkan dan sikap pemarahnya tidak muncul tanpa sebab, Otto memiliki banyak pengalaman traumatis yang membuat tubuhnya penuh rasa kalut dan bersalah.
