6 Rumah Adat Suku Dayak di Kalimantan yang Unik dan Penuh Filosofi
Suku Dayak merupakan suku bangsa atau kelompok tnikyang mendiami pulau Kalimantan. Sama seperti suku lainnya, suku Dayak juga memilki beragam rumah adat yang unik dan penuh filosofi.
Pasalnya, setiap pada elemen pada bangunan memilliki arti dan makna tersendiri bagi kepercayaan suku Dayak. Maka tidak heran jika banyak orang akan terpesona dengan kemegahan rumat adat suku Dayak yang menarik untuk dieksplor.
Lantas, apa saya rumah adat yang dibangun oleh suku Dayak? Berikut di bawah ini ulasannya.
Rumah Adat Suku Dayak
Berikut ini ulasan enam rumah adat yang dimiliki oleh suku Dayak yang dirangkum dari berbagai sumber
1. Rumah Adat Betang Khas Kalimantan Tengah
Rumah adat pertama adalah rumah adat Betang yang berada di Kalimantan Tengah. Rumah adat ini dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai dengan pemukiman utama bagi masyarakat suku Dayak.
Rumah Adat Betang memiliki bentuk seperti rumah panggung serta dibuat secara memanjang. Terdapat beberapa rumah Betang yang dibuat, memiliki panjang hingga 150 meter serta lebarnya hingga 30 meter.
Karena bentuknya yang besar, rumah adat Betang biasanya dihuni oleh banyak penduduk setidaknya minimal 100 orang dalam satu rumah.
Rumah adat ini bisa dibilang sebagai salah satu rumah suku terbesar karena didalamnya terdapat juga satu keluarga besar sebagai penghuni utama serta dipimpin oleh seorang kepala yang bernama Pam Bakas Lewu.
Rumah adat ini juga tidak menjadi sebuah rumah tinggal yang mewah dikarenakan rumah adat ini didirikan dengan tujuan agar masyarakat dapat tinggal dengan damai di dalamnya serta dapat hidup secara normal.
Di dalam rumah Betang ini juga terdapat beberapa aspek penting, seperti:
- Aspek penghunian yang merupakan sebuah struktur multi-keluarga permanen yang tinggal bersama di dalamnya.
- Aspek hukum karena di dalamnya memiliki sebuah aspek kepemilikan yang jelas. Rumah ini juga dimiliki oleh semua keluarga secara bersama untuk menguasai semua tanah di wilayah rumah Betang.
- Aspek ekonomi karena rumah Betang juga memiliki peran yang sangat penting dalam distribusi arus tenaga serta pembagian hasil antar keluarga yang ada di dalamnya.
2. Rumah Betang Muara Mea
Rumah adat berikutnya adalah rumah adat Betang Muara Mea yang umumnya berlokasi di sebuah desa bernama Muara Mea. Rumah Muara Mea ini memiliki tampilan modern karena pada dinding dari rumah adat ini telah diberikan cat serta dilukis sehingga membuatnya lebih menarik serta indah untuk dipandang.
Lukisan dan gambar yang berada pada dinding rumah adat ini kemudian juga dibuat sebagai salah satu identitas yang sangat khas dari masyarakat Suku Dayak.
Rumah adat Muara Mea juga masih terbilang lebih modern karena dibangun sebagai salah satu cara pemerintah dalam melestarikan rumah adat serta budaya yang ada di Desa Muara Mea.
3. Rumah Betang Damang Batu
Rumah Beatang Damang Batu merupakan salah satu jenis rumah adat yang berasal dari suku Dayak, terutama suku Dayak Ngaju, yang mendiami wilayah Kalimantan Tengah. Rumah ini memiliki ciri khas atap yang melengkung ke atas dan terbuat dari ijuk atau daun rumbia.
Struktur bangunan Rumah Betang Damang Batu terdiri dari kayu-kayu kuat dan tahan lama, seperti kayu ulin atau kayu jati. Tiang-tiang penyangga yang besar dan kokoh menopang bangunan rumah ini. Dinding rumah terbuat dari kayu yang tersusun secara rapat, sementara lantai biasanya terbuat dari bambu yang diikat dengan rotan.
Salah satu ciri khas dari Rumah Betang Damang Batu adalah ukiran yang menghiasi dinding dan tiang-tiang rumah. Motif ukiran pada rumah adat ini biasanya terinspirasi oleh alam, seperti motif tumbuhan, binatang, dan manusia yang memiliki makna simbolik yang dalam di kehidupan dan kepercayaan suku Dayak.
4. Rumah Betang Pasir Panjang
Rumah adat selanjutnya adalah Rumah Betang Pasir Panjang yang bisa ditemukan di daerah Kotawaringin Barat.
Pangkalan Bun sendiri menjadi ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat dan memiliki julukan sebagai Kota Manis dengan kepanjangan Minat Aman Nikmat Indah Segar.
Di kota ini, ada banyak sekali destinasi wisata menarik yang bisa dikunjungi. Salah satunya ialah Taman Nasional Tanjung Puting.
Kotawaringin Barat ini juga menjadi salah satu daerah terbanyak ditinggali oleh masyarakat suku Dayak serta termasuk salah satu masyarakat yang juga meninggali rumah adat Betang Pasir Panjang.
Hingga kini rumah adat ini juga masih tetap dihuni untuk dapat menjaga kelestariannya. Secara arsitektur, rumah Betang Pasir Panjang memiliki ukuran yang lebih besar dengan atap yang menjulang tinggi.
Pintu masuk dari rumah Betang Pasir Panjang ini juga berada pada sisi sampingnya serta bukan terdapat pada sisi yang memanjang seperti pada rumah adat pada umumnya.
Karena ukurannya yang besar, pondasi serta struktur penyangga kayunya juga terlihat lebih kokoh untuk menopang seluruh bangunannya yang berat.
5. Rumah Adat Betang Toyoi
Selanjutnya yakni Rumah adat Betang Toyoi yang diambil dari nama seseorang yang membangun rumah adat ini, yaitu Toyoi Panji. Terletak di Desa Rumbang Malahoi, hingga saat ini masih belum diketahui kapan pertama kali rumah adat ini dibangun.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat ini juga difungsikan sebagai area tinggal secara pluralisme yang menghargai perbedaan keyakinan dari tetangga yang ada di dalamnya.
Di dalam Betang Toyoi, masyarakat juga belajar untuk saling menghargai kerukunan antar agama yang berbeda. Rumah adat Betang Toyoi dibangun menggunakan dari kayu ulin yang tahan lama. Salah satu kelebihan dari kayu ulin ialah mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Rumah adat ini juga dibuat dengan tidak menggunakan kayu sama sekali namun memiliki ketahanan yang tinggi terhadap berbagai bencana yang mungkin hadir seperti gempa. Rumah ini juga tetap kuat berdiri meskipun dihuni oleh lebih dari 10 keluarga di dalamnya.
Tiang pada area dalam rumah adat Betang Toyoi memiliki bentuk persegi yang terlihat sangat unik. Meskipun demikian rumah ini dibangun tanpa memanfaatkan teknologi maju, keunikannya sendiri dapat terlihat pada setiap sudut areanya.
6. Rumah Lamin
Terakhir, ada Rumah Lamin yang berasal dari suku Dayak di Kalimantan Barat. Rumah adat ini memiliki ciri khas atap yang melengkung ke atas, mirip dengan perahu terbalik.
Salah satu ciri unik Rumah Lamin adalah pintu utama yang rendah dan sempit yang memiliki makna simbolik, bahwa setiap orang yang masuk harus merendahkan diri dan menghormati pemilik rumah.
Rumah Lamin juga memiliki balkon yang menjorok keluar dari dinding rumah. Balkon ini bisa menjadi tempat duduk dan tempat bersantai bagi penghuni rumah, serta memberikan pemandangan yang indah ke lingkungan sekitar.
Selain itu, Rumah Lamin juga dilengkapi dengan tangga kayu yang menghubungkan lantai-lantai di dalam rumah.